Featured Post

Recommended

Tiga Santriwati Pondok Pesantren Al Amin

Menurut syekh Al-Buthi motivasi utama disyariatkan hijab karena sejatinya perempuan memiliki dua dimensi penciptaan yang berbeda. Yang ...

Tiga Santriwati Pondok Pesantren Al Amin

Tiga Santriwati Pondok Pesantren Al Amin

Tiga Santriwati Pondok Pesantren Al Amin

Menurut syekh Al-Buthi motivasi utama disyariatkan hijab karena sejatinya perempuan memiliki dua dimensi penciptaan yang berbeda. Yang pertama perempuan, sebagaimana laki-laki, adalah homo sapiens alias makhluk yang berakal budi, maka ia dianugerahi Yang Mahakuasa bakat, intelegensi, kekuatan fisik dan rasa kemanusian. Dari sini perempuan dituntut untuk ikut serta bersama kaum Adam membangun sendi-sendi peradaban manusia.

Di sisi lain, Allah menjadikan perempuan makhluk yang secara jasmani dilengkapi dengan aksesori kecantikan. Faktor penciptaan ini yang membedakan perempuan dengan laki-laki. Secara lahiriah unsur kecantikan itu mengandung daya tarik tertentu yang bisa membangkitkan hasrat, gairah dan nafsu birahi lawan jenis. Tapi perlu dipahami, hasrat ini tidak melulu negatif. Ia merupakan modal utama guna menjalankan tugas sakral lain dari Yang Mahaagung, yaitu menjaga kesinambungan generasi manusia. Yang dikenal dengan istilah hifdzun nasl. Agama mengatur proses kesinambungan generasi ini dengan mensyariatkan nikah.

Demi bahu membahu, ikut andil bersama laki-laki dalam kegiatan pendidikan, sosial, bahkan politik dan agar tidak terbentur dengan unsur kecantikan itu, maka disinilah menurut syekh Buthi, hijab menemukan titik urgensitasnya.

Dengan kata lain, hijab adalah pemisah kedua tugas perempuan agar tidak saling tumpang tindih. Ketika perempuan dituntut berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, hijab akan menutupi unsur keindahannya sebagai wanita, sehingga ia leluasa berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Dan kecantikan alami, yang bisa membangkitkan birahi laki-laki itu, baru dibutuhkan kala ia menjadi partner laki-laki -yang telah sah menjadi suaminya- untuk melestarikan spesies manusia. Tanpa hijab kedua tugas itu akan campur aduk.

Inilah sekelumit pemikiran syekh Muhammad Said Ramadhon Al-Buthi saat menjawab isu-isu miring seputar perempuan dalam Islam. Beliau menuangkan buah pemikirannya dalam sebuah karya yang dengan membaca judulnya saja bisa membuat hati bergetar: AL-MAR ATU BAINA THUGHYANIN NIDZOM AL-GHORBI WA LATHOIFIT TASYRI' AR-ROBBANY.

Lihat bagaimana beliau menyandingkan kata "Thughyan" dengan "Lathoif"; Dua kata yang sangat kontradiktif, seperti Iblis dan malaikat, dengan membaca dua kata yang berlawanan itu orang seolah mendapat gambaran nyata akan kelaliman sistem barat dan memperoleh kesan mendalam mengenai lembutnya syariat Islam. Sedang kata "baina" memberi pengertian bahwa "Al-Mar ah", perempuan, sedang berada ditengah dua kekuatan besar yang saling tarik menarik, seakan-akan ia berdiri di perbatasan surga dan neraka. Sungguh tidak mudah menerjemahkan judul ini ke Bahasa Indonesia, jika tidak pandai memilih kata, bisa menghilangkan kesan yang didapat dalam lingua aslinya.

Kalau diteliti dari karya-karya yang lain, syekh Buthi memang mahir meramu judul buku yang menarik. Tapi tak seperti Media massa online, yang judulnya waow tapi isinya kampret, karangan-karangan syekh Buthi benar-benar berkualitas. Isinya sesuai dengan judulnya, berbobot dari halaman awal sampai akhir.

Berulang kali aku membaca buku Al-Mar ah, sungguh tak jemu-jemu, bahkan sampai hapal beberapa bagian. Pada halaman yang sama dari buku yang hebat ini, setelah menjelaskan urgensitas hijab, beliau menuturkan pengalamanya.

Suatu ketika intelektual perempuan asal Jerman diundang menjadi narasumber dalam seminar tahunan di Al-Jazair. Kebetulan syekh Buthi juga datang dalam acara ilmiah itu. Ketika tiba giliran si wanita Jerman mengisi seminar, ia seperti kebanyakan wanita barat, tampil dengan busana seksi, rambut diurai, ditambah lagi dengan gaya serta gerak-gerik yang bisa memantik hasrat gelap laki-laki.

Syekh Buthi mengedarkan pandanganya. Sungguh mayortas peserta tenggelam dalam khayalan masing-masing. Mereka tidak ambil pusing tentang tema yang diangkat sebab konsentrasi mereka lenyap diisap oleh pesona narasumber cantik itu. Setelah sekian lama berkoar-koar menyampaikan pemikirannya, hasil yang didapat oleh wanita Jerman itu adalah beberapa peserta mengirim kartu nama ke kamarnya mengajak kencan, dengan menghabiskan malam ditemani segelas Koktail.

Aku senyam-senyum sendiri. Sebab dulu di pondok aku sempat mengalami kejadian serupa. Seingatku ketika menjadi redaktur majalah Al-Wafa', kami anggota redaksi pernah ditugaskan Ust. Mahmud, pembimbing kami, untuk berdiskusi dengan keredaksian putri mengenai penerbitan yang akan datang.

Saat itu kami duduk di kelas I Aliah, masih ABG. Kami amat polos. Pengetahuan kami akan dunia sangat terbatas, hanya seluas wilayah pondok saja. Tapi kami tahu, di utara jalan raya Sumenep-Pamekasan itu, adalah daerah terlarang, tempat makhluk asing yang tak boleh kami temui selama 4 tahun di pondok. Makhluk asing itu bernama santriwati.

Sore itu terang benderang. Tim utusan redaksi terdiri dari tiga orang: Adam Malik, Cecep Miftah dan aku. Kami masuk ke ruang penerimaan tamu putri. Dari jauh kami tampak seperti diplomat. Rencananya di ruangan inilah kami akan melakukan rapat dengan redaktur putri. Aku duduk paling belakang, aku merasa waswas sebab ini adalah kali pertama aku memasuki zona merah ini.

Tapi aku merasa tenang karena ruang tamu ini sepi. Hari ini selasa dan tanggal tua, jelas bukan musim kiriman. Selang beberapa menit mereka yang kami tunggu tiba, 3 orang santriwati. Sekilas, saat kucuri-curi pandang, meski mereka masih belum tahu cara memakai bedak, tapi mereka tidak bisa dikatakan tidak menarik. Mereka serupa artis Korea. Apa lagi yang depan, yang paling galak, ia mirip dengan Suzy Miss A. Di sampingnya adalah neng pondok kami dan yang satu lagi kami tidak mengenalnya.

Leherku kaku, sejak awal aku hanya bisa memandang jalan raya. Aku tak berani untuk sekedar melirik putri-putri Korea itu. Tapi aku heran, kedua temanku tampak sangat gugup. Adam malah sibuk berulang kali membersikan kaca mata. Cecep terlihat ngos-ngosan. Aneh sekali tingkah laku mereka.

Tapi tiba-tiba kepalaku seolah tersambar petir. Aku kaget bukan main. Aku sadar mereka tidak gugup, tapi mereka sedang menebar pesona. Musyawarah ini jelas kesempatan emas yang tidak boleh lewatkan begitu saja.

Adam datang ke komplek putri dengan spirit Mohabbatein. Ia berpura-pura menunduk, kemudian dengan santun membuka kaca mata, berdalih ingin dilap. Setelah itu dengan amat tergesa-gesa, dan inilah puncak daya tariknya, ia mendogakkan kepala, memandang putri-putri Korea itu dengan sedikit memicingkan mata. Syahdu. Ini pasti tipu muslihat Sakhrukh Khan yang berhasil merampok banyak hati wanita.

Sedang Cecep, remaja kurus kering itu pasti meniru gaya Brad Pitt saat memerankan tokoh Achilies dalam film Troy. Lihat saja lagaknya; dada busung, napas berat seolah habis teriak memanggil-manggil Hector, duduknya tegap sambil menopangkan tangan kanannya ke dagu. Sangat maskulin. Ia jelas ingin memamerkan otot biji jagungnya pada wanita-wanita di depannya. Sungguh paduan yang sangat memikat, pesona India digabung dengan semangat Yunani. Wanita manapun akan takluk melihat mereka.

Aku keteteran. Tak kusangka situasinya bakal begini. Rapat keredaksian itu sekarang berubah menjadi ajang tebar pesona. Adam dan Cecep pasti mengantisipasi hal ini jauh-jauh hari. Tapi untung saja, kemarin saat mengerik kepala Sholeh Ansori sebab ketahuan merokok, laki-laki Surabaya itu sempat berkicau.

"Hin, kamu tahu kenapa aku gak berhenti merokok meski dibotak puluhan kali?" Ujarnya retoris. ia melanjutkan,
"Karena wanita suka pada laki-laki yang bibirnya kecoklatan. Paham tidak kamu?! Apa lagi kalau bibirnya mengilap. Sangat macho." Aku diam saja. Ingin kukuliti kepalanya biar ia berhenti nyerocos.

Dalam keadaan darurat seperti ini aku tak peduli Sholeh bercanda atau tidak. Maka terpaksa kuperaktekkan petuah konyolnya itu. Akhirnya, meski tak kena sariawan, aku pura-pura meringis, dengan begitu, aku punya alasan untuk membasahi bibir coklatku. Ditambah sedikit inspirasi dari Yati Oktavia saat menggoda Rhoma dalam film berkelana II, maka kugigit bibir bawahku sebelah kiri biar lebih mengesankan. Aku yakin para santriwati itu bakal kelepek-kelepek.

Beberapa menit setelah rapat dimulai keadaan makin tak terkendali. Dari pintu utara ruang tamu, masuklah Hani Mufarida, santriwati yang kondang di putra karena kecantikannya. Genting, benar-benar genting!

Adam meningkatkan level pesonanya sampai batas paling atas. Ia picingkan matanya hingga terpejam, lantas ia edarkan pandagannya ke seluruh sisi ruangan laksana Ariel Noah menyapa fans "Kalian luar biasa!" Cecep pun tak mau kalah, ia ngangkang bak binarawan lagi show. Napasnya tersengal-sengal, capek, karena kali ini Brad Pitt kerempeng itu bukan hanya teriak, namun ia memburu Hector sampai ke lubang semut. Dan aku, yang tadinya cuma meringis, sekarang seperti habis makan cabe satu kilo. Sampai banjir bibirku karena kepedasan itu. Kami mengobral semua daya pikat yang kami miliki, sampai batas paling akhir, sampai tak bersisa.

Anehnya semakin kami tebar pesona, putri-putri Korea itu malah ingin muntah. Tapi tak apa, karena begitulah perempuan, penuh teka-teki. Sekarang mereka tidak mau, tapi nanti malam mereka akan memimpikan kami.

Rapat usai. Setelah melenggang dengan syahdu meninggalkan ruang penerimaan tamu putri, kami kebingungan. Kami tak ingat satu poin pun yang dirapatkan. Bahkan kami silang pendapat mengenai tema. Namun kami sepakat bahwa kami rela menikah dengan Hani Mufarrida. Sungguh benar apa yang dikatakan syehk Buthi. Padahal anggota redaksi putri itu memakai kerudung, tapi masih saja wajah mereka membuat kami lupa daratan. Maka aku berdoa pada yang Mahatinggi semoga kelak seluruh santriwati pondok Al-Amien Prenduan rela, dengan sepenuh hati, menutupi wajah mereka dengan cadar.
Sekilas Tentang Dunia Kesufian

Sekilas Tentang Dunia Kesufian

Sekilas Tentang Dunia Kesufian


Jika kita mengakaji ilmu Tasawuf, atau minimal membaca kitab bertema suluk, kita akan berjumpa dengan kata Al-Ghaibah. Istilah sufisme ini identik dengan ekstase dalam ilmu kebathinan. Para Sufi mengartikannya sebagai kondisi di luar kendali, akibat adanya hubungan transendental antara makhluk dengan Sang Pencipta.

Komunikasi tingkat tinggi itu, membuat manusia, saat dihadapkan pada keagungan Dzat Tuhan, lupa diri, lupa sekitar, melebur seolah hilang kesadaran, dan akhirnya pada titik tertentu melumpuhkan indra tubuhnya secara total.

Imam ibn Ishaq meriwayatkan pada suatu hari, menjelang perang Datz al-Riqo', sahabat Abbad bin Bisyr ditugaskan Rasul untuk jaga malam. Rasulullah berserta para sahabatNya beristirahat di sebuah lereng gunung. Abbad bin Bisyr tidak sendiri. Ia ditemani Ammar bin Yasir. Kedua sahabat nabi itu sepakat untuk bergatian. Pada paruh malam pertama Abbad lah yang ronda. Kemudian, untuk paruh kedua, ia akan diganti oleh Ammar.

Abbad berjaga di lorong gunung sembari melaksanakan salat malam. Tiba-tiba ketika salat, ia diserang seorang laki-laki dari kaum musyrik dengan panah. Abbad tidak bergeming meski anak panah itu menancap di tubuhnya. Seakan tidak terjadi apa-apa, ia khusuk. Dipanah lagi. Beliau tetap diam. Sampai serangan ketiga, Abbad baru tergesa-gesa menyelesaikan salatnya. Ia membangunkan Ammar. Melihat cucuran darah Ammar bangkit memburu laki-laki musyrik itu. Namun ia kabur dan tak terkejar.

"Mengapa kau tidak membangunkanku sejak awal?" Ammar menghardik teman anshornya itu. Abbad menimpali.

"Waktu serangan pertama aku sedang berada di tengah-tengah surat Al-Qur'an. Aku tak ingin memotongnya. Kalau tidak ingat akan keselamatan orang islam, sungguh, apapun yang terjadi, aku tidak akan mengakhiri salatku sampai bacaan surat itu selesai!"

Hadits ini menggambarkan betapa tinggi iman Abbad bin Biysr. Aku takjub. Saat ia berada pada puncak kenikmatan bermunajat kepada Tuhan, bersenyawa dengan firman-Nya, ia larut. Seolah ia memasuki alam lain. Sampai-sampai ia sama sekali tak merasakan sakit dari luka panah itu.
Inilah yang dinamakan pakar Tasawuf dengan al-Ghaibah. Aku terkejut menyadari ternyata Abbad bin Bisyr seorang sufi.

Fenomena macam ini tidak hanya terjadi pada zaman Nabi. Pada kurun selanjutnya banyak orang sholeh yang mengalami kondisi serupa. Dalam kitab Risalah Qusyairiyah disebutkan bahwa Imam Ali Zainal Abidin, cucu sayyidina Ali bin Abi Tholib, pernah ketika sujud rumahnya kebakaran. Sampai api berhasil dipadamkan ia tidak bergeser dari tempat sujudnya barang satu senti pun. Orang-orang heran. Ia ditanya bagaimana itu bisa terjadi? Sungguh dahsyat jawaban beliau.

"Kobaran api neraka di akherat membuatku lupa pada panasnya api dunia!"

Seseorang yang mengalami fenomena ghaibah, pada tingakat tertentu, tidak dikenai hukum taklifi. Sebab ulama fikih sepakat bahwa poros taklif -selain bulugh- adalah akal, dan orang pada kondisi ini tak lagi sadar. Ia seperti orang mabuk, akalnya sudah tertutup.

Lantaran itu syekh al-Juneid mencegah istrinya masuk kamar, saat Abu Bakar Al-Syibli tersedu-sedu, datang berkunjung ke rumahnya. Syekh itu tahu bahwa Al-Syibli sedang tenggelam dalam kesedihan, sehingga ia tak kan sadar duduk bersama siapa. Yang ia ingat hanya dosa-dosanya. Setelah syekh menenangkan Al-Syibli, dan sebelum kesadarannya kembali, syekh itu baru menyuruh istrinya masuk ke dalam.

Kondisi di luar kontrol seperti ini tidak hanya menimpa seseorang saat menghadap Penciptanya. Ada banyak hal lain yang bisa membuat manusia terlena, fana dan hilang akal. Al-Qur'an merekam salah satu fragmen itu dalam surah Yusuf, ayat 31.

Dimana para tamu wanita, waktu melihat Yusuf, serta merta mengiris-ngiris jari mereka dengan pisau. Mereka tercengang. Wajah rupawan Nabi Yusuf memusnahkan kesadaran mereka. Rasa sakit jari jemari yang terkoyak itu nisbi kala dihadapkan pada ketampanan mahatinggi putra Nabi Ya'kub itu. Wanita-wanita itu pun bergumam,

"Ini bukan manusia. Sungguh ia tak lain hanyalah malaikat!" Kaum perempuan itu baru siuman dan mengerang kesakitan setelah Nabi Yusuf lenyap dari pandangan mereka.

Saat kuliah dulu aku pernah terheran-heran, mana mungkin ada mahasiswa, dalam waktu singkat, tanpa napas, hampir tiap malam, mampu menghabiskan 10 porsi Indomie sekaligus? Maka setelah memahami konsep al-Ghaibah kutemukan jawabannya. Temanku itu adalah seorang sufi. Ini sebuah karamah. Kala menyantap mie instan laksana orang kesurupan itu pastilah ia berada di dunia lain. Aku makin kagum saja padanya.

Dan ternyata benih-benih sufi juga tertanam dalam diriku. Gejalanya, saat aku berkenalan dengan perempuat cantik, tanpa terasa, kepalaku didesaki oleh kata-kata mesra. Tanganku tak bisa kukendalikan, ia dengan sendirinya menkonversi kata-kata itu menjadi puisi, catatan, status dll. Biasanya setelah dua-tiga hari aku baru sadar, bertanya-tanya, akukah yang menulis ini? Kalau kawan tidak percaya bacalah pesanku di bawah.

"Seseorang mengirim pesan, bertanya siapa putri itu? Saya membalas. Jika yang Maha Agung pernah mengutus bidadari ke bumi maka putri itu adalah ratunya. Ia bidadari segala bidadari: Cantik tiada tara, lembut tak berbanding dan anggun tiada duanya.

Putri itu adalah Aphrodite, sang dewi cinta dan kecantikan dalam metologi Yunani. Ia turun setiap pagi, bersama fajar, di puncak gunung Roraima yang melayang-layang di Venezuela. Matanya sebening danau Moraine. Dan tatapannya yang magis mampu menenangkan ombak, melumpuhkan angin dan mendinginkan lahar gunung merapi.

Di dunia ini, putri itu adalah majikan dari Laila, Hera, Zinxiang, Juliet, Balqis, Cleopatra dan lady Diana. Pesonanya setingkat dengan kecantikan wanita separuh jagat raya. Wanita dengan kecantikan seperti itu hanya muncul sekali dalam kurun seribu tahun.

Saya tak sanggup kalau harus melihat dia tersenyum, sebab senyumnya, ya Rab, bisa membekukan sungai Nil. Setiap menatap paras wajahnya saya hanya bisa bergumam, "Robbana ma kholaqta hadza bathila, subhanaka faqina adzaban nar"
Hadhramaut Di Tangan Tiga Penguasa

Hadhramaut Di Tangan Tiga Penguasa

Hadhramaut Di Tangan Tiga Penguasa

Aku tidak mengira bisa menjadi bagian dari ini. Sebuah periode bersejarah. Bumi tua Hadhromaut akhirnya tekuk lutut di bawah kangkangan Al-Qoidah.

Saat Aden larut dalam perang antara kelompok militan Al-Houtsi dan Majelis Sya'bi. Dan Saudi serta negara-negara koalisi sibuk menggencarkan operasi meliter di kota Sana'a dan Hudaidah, Al-Qoidah secara teliti menimbang-nimbang kondisi ini. Pada titik tertentu, setelah menunggu sekian tahun, jaringan teroris 'kesayangan Amerika' itu mengambil momentum melancarkan serangan pada sendi-sendi pemerintahan provinsi Hadhromaut.

Yaman yang sedang kacau lantaran Al-Houtsi, kian porak poranda dibuat Al-Qoidah. Hari pertama serangan, Al-Qoidah sukses besar. Mereka melumpuhkan markas meliter, menguasai gudang senjata, merampok bank-bank, meledakkan kantor pemerintah, menjarah fasilitas umum, dan membebaskan Bathorfi. Dua hari berselang tersebar foto di medsos, Kholid Bathorfi, pimpinan Al-Qoidah yang ditawan meliter Yaman, selfie ongkang-ongkang kaki di istana kepresidenan yang berjarak 7 kilo meter dari asramaku.

Maka sejak itu, berarti sudah sebulan yang lalu, bendera Al-Qoidah berkibar-kibar gagah di seantero Mukalla. Ulama fiqih menyebut pergantian pemimpin macam ini dengan istila'. Sejak aku bisa membaca, perpindahan tampuk kekuasaan di Indonesia selalu menggunakan hak suara. Namun di Yaman, aku mengalami langsung pelungsuran kekuasan dengan cara lain yang tak lazim: Kudeta pemerintahan di tangan Al-Houtsi, dan penggulingan kekuasaan oleh Al-Qoidah di Hadhromaut.

Bathorfi berjaya. Di foto selfie itu, ia tersenyum. Jenggotnya lebat, dan lengan kanannya menyandang senjata serbu otomatis yang mampu memuntahkan 450 peluru per menit. Sungguh hebat laki-laki itu. Tiga tahun kemarin ia pontang-panting, kabur dari satu perembunyian ke persembunyian lain seperti tikus, lantas tertangkap, kemudian ia ditunggingkan oleh pemerintah ke dalam penjara, hari ini, lihat lah, ia berlagak.
Hampir semua wilayah Hadhromaut berada dalam genggamannya.

Jika Bathorfi ingin shopping, lelaki itu dan pasukannya pergi Hyper Market Al-Mustahlek, pusat grosir terbesar di Mukalla. Dengan senang hati, kelompok teroris itu mengambil barang sesukanya. Tidak ada yang berani mencegah, sebab ia adalah raja. Bayar? Tidak perlu. Karena baginya semua harta itu adalah Ghonimah. Maka aku duga orang seperti Bathorfi riwayatnya akan tamat dalam penjara Guantanamo. Atau paling tidak, nyawanya akan lunas dihantam rudal musuh.

Benar dugaanku. Kisah asmara Amerika dengan Al-Qoidah, yang dimulai sejak tragedi gedung WTC 11 september 2001 silam, sampai sekarang masih hangat nan mesra. Kalau sore-sore kami mendengar bunyi mesin parut, jelas itu bukan pabrik gula, sebab tak ada pabrik tebu di Mukalla, ia tak lain adalah deru suara pesawat tampa awak kepunyaan negri paman Sam itu.

Amerika dendam kesumat. Pada bulan ini saja, pesawat canggih tampa awak dua kali menciumkan rudal ke kening anggota Al-Qoidah. Hasilnya dua orang modar pada serangan pertama di Syiher. Rudal kedua diluncurkan di dekat istana kepresidenan. Namun tak menelan korban. Aku ngeri. Sampai hari ini pesawat mutakhir itu masih melesat-lesat di langit Hadhromaut, mengintai dedengkot Al-Qoidah, buronan internasional, Bathorfi.

Hadhromaut di bawah naungan Al-Qoidah tidak lebih beruntung ketimbang kota lain. Selain kondisi politik yang amburadul ekonominya kian memburuk. Harga kebutuhan pokok melambung, BBM langka, dan yang lebih menjengkelkan adalah listrik. Kawan tentu tahu bahwa Mukalla akrab dengan terik matahari, kota padang pasir, juga di pesisir pantai, maka lembabnya bukan main dan panas sekali. hehe...

Perihal harga yang melambung bukan masalah bagi kami, para mahasiswa Al-Ahgaff. Dari pondok, kami sudah jago berhemat. Layaknya santri, kiriman untuk sebulan, biasanya kami habiskan selama dua minggu. Setengah bulan pertma itu kami bergaya seperti orang kaya, jarang ke dapur pondok. Nongkrong di kantin. 16 hari setelahnya, sampai kiriman bulan depan tiba, kami menghemat. Lebih tepatnya terlunta-lunta, lobang lama belum ditutup kami gali lubang baru. Maka tak masalah harga kebutuhan naik, asal dapur kuliah masih buka. Namun urusan listrik berbeda.

Pada priode kekholifahan Al-Qoidah ini, listrik tak tanggung-tanggung padam sampai 16 jam. Ba'dal fajr, mulai terang tanah listrik tewas, baru menyala jam 5 sore. Seharian tampa listrik benar-benar menyiksa. Tak ada air, berarti tak mandi. Tanpa kipas, tak bisa menyeduh teh. Kami tak sabar. Hawa panas membuat tidur tak nyenyak dan tubuh lengket sebab keringat.

Malamnya listrik yang kami sayangi itu padam lagi sekitar 4 jam; Dari jam 8 sampai 9, jam 11 sampai 1, dan jam 3 sampai 4 pagi. Aku jengkel setengah mati. 8 jam sisanya baru listrik hidup. Namun parahnya, kata hidup itu harfiah saja, nyatanya listrik byar pet. 5 menit nyala, 5 menit padam, bergantian dari satu sakan ke sakan yang lain. Konon menurut desas-desus yang beredar, rupanya juru listrik Al-Qoidah seorang DJ. Ah, kiranya ia ingin membuat Mukalla berkerlap-kerlip serupa lampu disco. Rakyat pun berdansa, tarian kipas, mengibas-ngibaskan kerdus ke ketek mereka yang basah.

Kenapa aku tidak ikut evakuasi? Mengapa pula aku betah di tempat yang sewaktu-waktu bisa kena rudal ini? Pertanyaan super sekali. Jawabannya, aku bertahan disini karena satu alasan: yaitu Syahadah. Ijazah S1 alumni fakultas Syari'ah wal Qonun tahun kemarin belum juga kelar. Maka aku berdiri digarda depan, menjadi martir, berjihad untuk mengurusi syahadah yang amat istemewa ini.

Aku sebut istimewa sebab ijazah itu bukan sembarang, berbeda dengan yang lain. Ijazah Lc mahasiswa Al-Ahgaff yang beraliran Sunni tahun ini akan dikirim ke kementrian pendidikan Yaman di ibu kota. Maka Syahadah S1 itu akan distempel oleh Syiah, Al-Houtsi. Kertas itu kemudian dilungsurkan ke meja khorijiyyah provinsi Hadhromaut, dan yang mendapat kehormatan menanda tangani adalah Al-Qoidah, gembong teroris. Lantas syahadah kami akan distempel KBRI, tapi bukan di Yaman, namun di Oman. Sungguh paduan yang memesona, Sunni, Syiah, Al-Qoidah dan KBRI Yaman berdomisili di Oman bersatu padu dalam ijazah Lc kami itu.

Berkali-kali aku menemui Zakariya Badebbah, bagian Administrasi kuliah. Saat melihatku penanggung jawab ijazah itu sangat tertekan. Dari kedutan matanya tampak betul bahwa ia kesal sebab terlalu sering kutanya. Aku maklum, urusan syahadah, dalam kondisi politik Yaman yang memanas, memang sulit. Namun teman-teman butuh ijazah itu, bulan depan tahun ajaran baru akan dimulai. Akhirnya Ustad bermarga Badebbah itu bersabda,"Ya ibni, isma'! Saya akan berusaha, buka telingamu baik-baik ya, saya akan berusaha merampungkan ijazah kalian pada bulan enam!"

Nah, kawan, dengarkan apa kata ust. Zakariya itu! Jadi jangan banyak tanya lagi, bosan aku menjawabnya. Insyaallah syahadah kita yang istimewa itu sudah jahiz pada akhir bulan Juni. Meski aku sendiri tidak pasti apakah Juni tahun ini atau tahun depan?!
Seniman Hebat Itu Bernama Arafat

Seniman Hebat Itu Bernama Arafat

Seniman Hebat Itu Bernama Arafat

Masa-masa di Tarim adalah rentang waktu berharga dalan hidupku. Tarim lingkungan istimewa. Suasananya agamis, tenang namun mampu merubah mentalitas seseorang, yang dulu beribadah karena wajib, menjadi muslim penyembah Allah karena rindu.

Jika ada yang tinggal di Tarim seminggu tapi tak tumbuh di dadanya tunas cinta pada Rosul, orang itu patut dicurigai, jangan-jangan hatinya terbuat dari kerikil. Semua karena penduduk desa ini, sejak ratusan tahun lampau, mendemonstrasikan cinta Nabi secara masif dan mengampanyekannya besar-besaran.

Tarim lembah terpencil. Ia adalah nirwana bagi pencinta Nabi Muhammad. Kalau sunah-sunah tertentu di daerah lain dianggap asing, namun di Tarim hal tersebut lumrah dilakukan.

Laksana kejahatan, kebaikan pun mewabah. Kami, para mahasiswa, saat tinggal di Tarim tertular untuk meneladani sunah nabi. Seperti mendahulukan yang kanan, memanjangkan jenggot, motong kuku saban Jum'at dan membaca doa hampir di segala tempat dan kegiatan: Memakai dan melepas baju, masuk-keluar rumah, naik kendaraan, tidur, belajar. Hanya doa malam pertama yang belum kami baca.

Dari sekian banyak sunah, yang paling berkesan bagiku adalah sujud syukur. Sujud Syukur, dalam perspektif fikih, adalah ibadah yang disyariatkan ketika seseorang dilimpahi nikmat atau terbebas dari malapetaka. Bagi para mahasisiwa, sujud ini sangat berarti karena pada akhirnya syukur itu menjelma menjadi tasyakkuran.

Semua mahasiswa Al-Ahgaff mufakat bahwa takmili -istilah Remedi guna memperbaiki nilai mata kuliah- tak ubahnya puting beliung: Musibah besar. Kalau sampai gagal dan i'adah, beasiswa dicabut dan tahun depan harus hidup dengan biaya sendiri. Kawan tahu berapa nominal yang dikeluarkan untuk ngulang setahun itu? Besar. Seharga Motor baru! Maka lulus takmili jelas nikmat mahaagung, pantas membuat orang bersujud meski berada di kantin sekalipun.

Arafat, mahasiswa asal bekasi, pemuda tampan berwajah arab, jago sekali memasak. Di Tarim ia sekamar denganku. Sebab keahliannya itu saat musim takmili ia kebanjiran job. Muaranya, teman-teman kamar yang lulus remedial seringkali menyisihkan uang untuk tasyakkuran. Mereka tak segan melakukan itu sebab 3000 reyal untuk masak-masak, tentu tak sebanding dengan ratsan dolar biaya i'adah.

Aku beruntung bertemu dengan Arafat, laki-laki perfeksionis ini amat pendiam dan tak senang mencampuri urusan orang lain. Ia idaman para mertua. Aku beruntung sebab aku menyaksikan langsung seseorang dengan bakat yang mengagumkan, justru disaat kebanyakan orang seusianya kebingungan mencari jati diri. Memasak bagi pria rapi jali ini bukan hanya menyiapkan makanan tapi ia adalah filosofi.

Pertama kali kusaksikan kebolehannya pada tasyakuran Faad. Pagi itu jam sebelas, mahasiswa asal Sampang ini senyam senyum,

"Entar malam masak, kang!" Ujarnya ke Arafat. Mukanya berbinar-binar sebab Tuhan telah mengangkis nasibnya dari bala' i'adah. Faad lulus takmili. Arafat dan semua teman kamar mengucapkan selamat padanya seolah ia mendapat penghargaan dari MURI. Tapi senyum Faad berubah kecut,

"2000 reyal cukup kan?" Ungkapnya dengan logat Madura yang kental persis Kadir. Kami kaget. 2000? Ponakan Bupati?! Dasar pelit! "Kalau kurang dicukup-cukupkan aja. Heheh!!" Lanjutnya. Arafat diam sejenak kemudian menatap Faad. Arti tatapan itu: Beres bro. Semua ana yang atur.

Disinilah hebatnya Arafat. Ia bisa menyesuaikan menu dengan budget. Jika anggaran minim, semisal kantong si empunya hajat pas-pasan, pria itu memasak menu murah meriah: Nasi telor plus sambal lalapan, tumis kangkung, opor telor rebus, nasi goreng atau kolak kacang ijo. Tapi kalau yang punya acara Ma'rufi, bisnis man, orang paling kaya sekamar, maka tak tanggung-tanggung Arafat akan meracik hidangan hotel bintang lima, tak kurang dari Goat Meat Papper Soup, Creamy Pumkin Curry with Fried Chicken, atau Paleo Beef Bacon Bourguignon.

Dan karena anggaran pas-pasan, nanti malam Arafat akan memasak Mie Ayam. Sejatinya bukan karena tak punya uang, tapi agaknya, Faad menganggap anak-anak kamar, yang rata-rata udik, hanya pantas diberi makan Indomie.

Sumbara girang sekali. Ya'qub Sumbara begitu nama lengkapnya. Asli Burqina Faso, hitam legam seperti pantat panci, namun hatinya putih tiada banding. Saat mendengar tasyakuran pemuda Afrika itu paham harus berbuat apa. Karena kontur mukanya mirip wajan penyok dan ia sama sekali buta rasa, maka tugasnya adalah meminjam perlatan masak. Di kamar, jabatan Sumbara adalah menteri perlengkapan

Setelah menerima resep bumbu yang harus dibeli aku dan Sahal melenggang ke pasar. Kupegang catatan kecil itu erat-erat seperti bahits mendekap salinan manuskrip lama yang langka. Aku sangat hati-hati sebab kertas resep ini, meski ditulis pada robekan soal ujian, namun mengandung rahasia tata boga nomer wahid dengan cita rasa bermutu tinggi. Catatan resep ini tak ubahnya prasasti berharga peninggalan dinasti Ming. Ingin kulaminating kertas ajaib itu, kukoleksi dan kelak kuikut sertakan dalam pameran masak internasional.

Tugasku dan Sahal adalah belanja, sebab kami punya motor. Anggota kamar yang lain nanti malam akan membantu motong bawang, kentang, mengiris cabe, dan tugas sepele lainnya. Sedang Arafat, dari dhuhur sampai waktu masak tiba, bersemidi, mencari-cari ilham demi menemukan takaran rasa nan istimewa untuk menu nanti malam.

Salat isya' usai, kami bergegas. Setelah sampai di dapur Arafat tak buru-buru masak. Aku heran. Lelaki itu bolak-balik, kedalam keluar dapur, mendengus-dengus, dan membentangkan tangan berputar-putar persis Guruh Soekarno berterima kasih pada penonton dalam sebuah orkestra. Dapur kuliah, tempat kami masak, tidak pas kalau dikatakan tempat sampah bekas, namun tak berlebihan jika disebut kumuh.

Arafat repot-repot bertingkah seperti itu sebab ia ingin mengecek lokasi terbaik untuk memasak. Tak boleh sembarangan. Ia terlebih dahulu memeriksa kecepatan angin, kenetralan aroma, tekanan udara, kualitas wajan, dan konsentarasi gas dalam ruangan. Tangan yang dibentangkan itu kiranya berfungsi sebagai termometer guna mengetahui suhu cuaca. Itu semua dilakukan agar suasana dapur yang jorok ini nanti tidak mempengaruhi kualitas Mie Ayam.

Sungguh bukan perkara mudah menjadi chef jempolan. Jika tidak berbakat butuh waktu bertahun-tahun sekolah agar mengerti hal-hal kecil yang penting macam ini. Aku saja, agar mencapai tingkat suhu dalam menyeduh mie instans harus belajar sampai 10 bulan 16 hari. Itu pun aku hanya bisa menyeduh mie gelas.

Setelah mendapat lokasi ideal baru kami mulai memotong bawang dan bumbu lain berdasar kertas resep itu. Sedetail mungkin kami mematuhi petuah catatan kecil yang ditulis Arafat tadi pagi. Arafat hanya memperhatikan. Kali ini ia merenung, menimbang-nimbang durasi menggoreng berdasar kecil dan besarnya potongan. Jika yang mengiris bumbu Faad, biasanya imut-imut, -maklum ia sangat favorit pada yang unyu-unyu, contohnya Fatin, atau anak kamar sebelah yang senyumnya bisa melumerkan tiang listrik itu- maka Arafat butuh waktu 8 menit 53 detik untuk menggoreng bumbu mei ayam. Tak lebih tak kurang.

Namun kalau yang memotong Harits Syahid, manusia pemalas, semberono dan tak bisa diandalkan itu, Arafat harus menggorengnya sampai 12 menit 11 detik. Sebab potongannya besar-besar. Tak jarang ketumbar yang lazimnya dihaluskan, Harits masukkan dengan plastiknya.
Kata membantu diatas majaz saja, sebab kami hanya melakukan hal remeh temeh yang tak punya implikasi apapun pada rasa. Selebihnya Arafatlah yang merebus 2 bungkus Mie Spagheti merek Al-Safwah, memasak ayam 900 gram, menggoreng rempah-rempah dan menakar garam dan penyedap rasa. Perihal cuci mencuci, mecubit-cubit daging ayam dan mengiris cabe, itu tugas kami.

Arafat konsentrasi. Ia memasak dengan serius seolah wajan itu adalah benda seni. Di tanganya sutil bekas yang patah itu tampak seperti kuas dan wajan kotor tadi bak kanvas saat seniman melukis panorama gunung Fuji. Aku kagum. Ia memasak dengan lihai, tangkas, cekatan, namun tenang setenang embusan angin pagi.

Baru aku tahu bahwa untuk mendapatkan Mie Ayam yang lezat tidak sembarangan, ia harus dimasak oleh seorang koki bertangan dingin, fisikawan ulung, seniman berbakat, ahli manajemen dan filosof setingkat sufi yang dibimbing intuisi sekaligus. Arafat salah satu keturunan Nabi Adam yang punya keriteria itu.

Tak sampai satu jam Mie Ayam sudah siap saji. Kami tegang mengantisipasi sensasi rasa dari Mie Spageti ini. Namun dari kejauhan sinar lampu motor menyorot. Ah, pasti Muhyidin, pakar ilmu hisap, anggota kamar yang jarang di asrama. Sebab gemar berhisap ia terpaksa menyewa kontrakan. Selain jam kuliah ia tak pernah meninggalkan hisap. Apapun acara yang digelar ia absen. Tapi kalau Arafat memasak ia pasti hadir. Tak mungkin ia lewatkan kesempatan emas ini.

Kami tak sabar. Sebelum makan Faad mengirimkan Fatihah pada guru-guru, ulama dan Rosulullah, dengan maksud agar dijauhkan dari takmili. Cakup sekali ini saja. Kami mengamininya dengan khusuk.

Memang dahsyat Mie Ayam ini. Pada suapan pertama lidah kami langsung dimanja oleh kenikmatan yang tak bisa dilukiskan kata-kata. Rasa sedapnya lekat di pangkal tenggorokan, menjalar pada setiap persendian tubuh, mengalir melalui saraf ke otak tengah, kemudian membangkitkan Neuron Dopamin, hormon pembuat orang senang. Kami bahagia. Seketika itu encok di pinggang, pegal linu, pusing kepala, dan stres berkepanjangan sebab setoran Qur'an, mendadak hilang. Sirna tampa bekas. Aku dan Sumbara saling pandang, kami terenyum dan gara-gara Mie Ayam ini kami tanpa sadar berdoa pada yang Mahatinggi, memohon semoga ujian depan Faad takmili lagi.

Dulu, kalau ngobrol dengan orang tentang makan favorit aku kelabakan. Dari kecil aku tak menyukai makanan khusus. Namun malam ini aku yakin, haqqul yaqin, makanan favoritku adalah Mie Ayam. Tapi pada tasyakuran Faad selanjutnya, dan berkat doa kami Faad takmili lagi, aku gamang. Arafat memasak sayur bayam. Aku sadar bahwa Mie Ayam bukan favoritku, aku berubah. Setelah itu kalau ditanya apa makanan kesukaanku? Aku menjawab dengan yakin, ainul yaqin, makanan kesukaanku adalah sayur bayam.

Namun aku kembali dilanda ragu, pada masak selanjutnya, dan karena doa kami lagi Faad takmili untuk kali ketiga, keputusanku goyah. Maka akhirnya, aku mencapai kesimpulan final bahwa aku yakin, seyaqin-yaqinnya, makanan favoritku adalah masakan Arafat, apapun masakan itu.
Sekelumit Kisah Tentang Imam Syafi'i

Sekelumit Kisah Tentang Imam Syafi'i

Sekelumit Kisah Tentang Imam Syafi'i

Ahmad bin Hambal menarik Ishak ke pojok masjidil haram. Dia ingin menyampaikan kabar yang akan membuat koleganya, sesama penuntut ilmu itu, tercengang. 

"Cepat ikut aku! Kudengar di sana ada laki-laki cerdas yang mempunyai nalar hebat dalam fikih" 

Ishak putra Rohaweh itu tampak tak setuju, "Apa kita akan meninggalkan majelis hadis Ibn Uyaynah hanya gara-gara pemuda itu?!" 

"Ngaji Hadis bisa lain waktu, Ishaq! Tak masalah ketinggalan majelis ibn Uyaynah, riwayatnya bisa diperoleh dari yang lain. Tapi kecemerlangan otak pria itu tidak akan kita temukan bandingannya di belahan bumi manapun!!"

Orang yang mengunjungi tanah suci pada akhir abad kedua Hijriah akan menjumpai halaqoh keilmuan yang istimewa. Di tengah majelis itu duduk penuh wibawa laki-laki sawo matang, mengkhotbahkan konsep Nasikh Mansukh yang menjadi terobosan ilmiah paling spektakuler pada zamannya. Pemuda kharismatik nan cerdas tiada tara itu bernama Muhammad bin Idris Al Syafii. Pria ini yang dimaksud oleh Ahmad bin Hanbal di atas.

Sejak belia Imam Syafii mempunyai sifat-sifat utama untuk menjadi pewaris Nabi. Ia wara', penyabar dan rendah hati. Ia juga rajin, ulet serta memilik etos belajar yang tinggi. Didukung dengan kapasitas otak berjuta-juta Gigabyte, kepalanya yang mengilap itu mampu menampung Al-Qur'an, puluhan ribu hadits dan ratusan ribu syair-syair jahiliah. 

Demi mendalami bahasa fushah Syafii kecil tinggal di pedalaman, hidup nomaden bersama suku Hudzail. Dari kaum badui itu beliau menguasai sastra arab. Sastra erat hubungannya dengan kebudayaan arab kuno. Kaum arab lampau merekam sejarahnya melalu syair dan mewariskannya secara turun temurun. Berkat kecerdasannya, dalam waktu singkat Syafii menjelma menjadi pakar bahasa arab dan menjadi rujukan dalam seni sastra. Ia sangat fasih mengolah kata serta menguasai kemampuan komunikasi massa tingkat tinggi. Kelak para intelektual Islam menjulukinya sebagai "Khotibul Ulama"; Orator cendekiawan muslim. 

Imam Syafii memenuhi segala kriteria menjadi mutjahid mutlak. Tentu sosok seperti beliaulah yang dimaksud Rasul dalam SabdaNya; 

نضر الله امرأ سمع منا شيئا فبلغه كما سمع، فرب حامل فقه إلى من هو أفقه منه، ورب حامل فقه ليس بفقيه.

Seolah Nabi berpesan pada para perawi sabdaNya: "Sampaikan hadisKu dengan benar, hapal baik-baik! Jangan dikurangi jangan ditambah! Masalah pemahaman dan istinbath biar Syafii yang urus!!"

Imam Syafii sangat tekun belajar. Ibunya selalu mengarahkan agar ia mendedikasikan hidupnya untuk ilmu. Pria keturunan Quraisy itu adalah orang berbakat dengan daya analisis yang tajam. Beliau mampu menerjemahkan dalil universal menjadi hukum parsial fikih dan memberi panduan istinbath yang efektif, sistematis dan metodologikal. 

Sebelum Syafii lahir metode istinbath itu hanya eksis dalam angan-angan para mujtahid. Metode ini adalah sesuatu yang unexpressable; bisa dirasakan tapi tak bisa diungkapkan. Tidak semua orang memiliki talenta ijtihad. Namun Syafii merubahnya menjadi dispilin ilmu yang riil, sehingga bisa ditelaah oleh siapapun, metode ini akhirnya populer dengan istilah Ushul fikih. Al Risalah adalah kodifikasi pertama beliau dalam bidang itu.

"Dulu fikih terkunci rapat di dalam sebuah peti, dan Syafii adalah kuncinya" Puji salah satu ulama. 
Imam Syafii lahir tahun 150 H dimana dunia islam saat itu berada di antara dua hegemoni ilmiah yang saling tarik menarik. Disatu sisi umat islam dikejutkan dengan adanya ledakan analogi di Irak, yang dipicu oleh kecerdasan kreatifitas otak kiri Abu Hanifah. Konon warisan hukum fikih dari kias para ulama Irak itu bisa mengatasi problematika umat sampai ratusan tahun setelahnya. Disisi lain, di Madinah muncul corak fikih konvensional yang lebih monoton. Amat konservatif dan fundamental. Masyarakat Hijaz tidak butuh kias karena selain tak banyak masalah baru Madinah adalah kota dengan gelimang riwayat hadis dan kaya raya akan atsar Sahabat. Bahtera aliran ini dinahkodai oleh Imam Malik bin Anas. 

Kedua madrasah itu, yang lazim disebut dengan ahlur ra'i dan ahlul hadis, merupakan mercusuar keilmuan Islam. Kesanalah para pemuda melecutkan kuda-kudanya, berbondong-bondong demi merasakan candu ilmu agama. Termasuk juga Syafii. 

Syafii berkenalan dengan fikih di Hijaz. Ia belajar kepada imam Malik. Bahkan pada kunjungan pertama ke Irak, ia digelari dengan Nashirus sunnah, sebab ia menjadi tonggak pembela madrasatul hadis. Ia mendebat cendekiawan ahlur ra'i yang tersebar di seantero Kufah dengan mengibarkan bendera mazhab Malik.

Di Irak Syafii menetap selama dua tahun. Momen singkat itu ia gunakan dengan baik. Selama dua tahun itu ia menyerap ilmu madrasatur ra'i melalui murid-murid Abu Hanifah, terutama Muhamad bin Hasan Al Syaibani.



Setelah dirasa cukup menimba ilmu Syafii bertolak ke Mekkah. Dan kembalinya beliau itu, tak dinyana, merupakan momentum lahirnya Mazhab baru di dalam dunia persilatan fikih. Sampai di tanah suci, ia iktikaf di masjidil haram sembari melakukan perenungan terhadap kedua mazhab.

Syafii melakukan elaborasi pada argumentasi mereka, mengkomparasi dalil, menimbang, mendalami dan akhirnya setelah sekian lama, ia muncul dengan pendapat yang berbeda. Sekarang ia bukan lagi mukalid, ia Mujtahid. Kemampuannya berijtihad itu mewajibkannya untuk tegak di atas kaki sendiri, tak ikut orang lain. Sebagai penegasan bahwa mazhabnya telah berdiri Syafii mengarang kitab "Ikhtilafu Malik" dan "Ikhtilaful Iroqiyyin"; Pembangkangan terhadap Malik dan pemberontakan terhadap ahli Irak.

Mazhab imam Syafii berkembang pesat dan tersebar secepat kilat ke seluruh penjuru. Pada abad-abd selanjutnya, Aliran beliau gonta ganti dengan Mazhab Hanafi merajai daerah Islam. Pada masa khilafah Abbasiyah aliran Abu Hanifah lebih dominan sebab ia dijadikan mazhab tunggal dalam pemerintahan. Namun ketika Abbasiyah runtuh Kekhalifahan setelahnya, yaitu Ayyubiyah, mengadopsi mazhab Syafii sebagai undang-undang negara, yang sekaligus menjungkal dominasi aliran Hanafi. Penganut Mazhab Syafii sampai detik ini meluas ke Asia tenggara, dibawa oleh pedagang Hadhramaut. Sedang Mazhab Hanafi sangat damai dan tentram dipeluk warga Pakistan, India dan sekitarnya.

Mazhab Maliki suatu ketika tersebar di Mesir, tapi sejak Syafii tinggal dan wafat disana, Mesir terbelah dua. Akhirnya Mazhab Maliki terdampar jauh ke Andalus dan Afrika; Tunisia, Burqina faso dll. 

Sedang tempat lahirnya aliran imam Malik, Hijaz, hari ini dikangkangi kaum berjenggot tebal yang menutup kepalanya dengan sorban. Tidak dililitkan namun sorban itu dipakai seperti taplak meja, dan disetrika di bagian tengah agar menguncup seperti ujung atap rumah panggung orang Padang. Golongan ini tempramen, sedikit saja kena senggol bisa menyemburkan makian khasnya: Harom! Hadza BID'AH! KUFR! SYIRK!! Mereka mengaku bermazhab Hanbali, tapi pengikut Imam Ahmad sendiri menolaknya, menganggap mereka sempalan dari mazhab keempat itu. 

Aku beruntung pernah membaca kisah Imam Syafii. Jauh-jauh sekolah ke luar negeri aku tak merasa rugi karena aku bisa berdialektika dengan pemikiran beliau. Apalagi menelaah kitab Al Um, sungguh merupakan nikmat tersendiri. Tak dapat ijazah s1 pun tak apa-apa.

Lebih-lebih ketika beliau memaparkan argumennya dengan gaya dialog; Fain qulta kadza.. Fal jawab kadza.. Wain qulta kidza.. Faaqulu kidza.. Aku benar-benar terpesona. Aku terbawa seolah Imam Syafii mengajakku berduskusi. Dan ajaib! Secara imajener Imam itu menjelma dari kitab Al Um duduk di depanku. Aku tak percaya, berkali-kali kekucek mataku untuk memastikan. Nyata, Imam Syafii ada di dalam perpus kuliah. Maka tak kusia-siakan kesempatan berharga ini. Ini karomah. Ingin kutanyakan padanya apa rahasianya sehingga ia bisa pintar begitu?

"Sederhana anak muda. Kalau makan kunyah 40 kali!" Jawabnya singkat.

Aku kaget bukan main. Imam Syafii selain pandai ilmu agama, juga jago ilmu kedokteran. Rupanya ini yang membuat ia jadi mujtahid. Benar-benar sederhana! Pantas aku tak kunjum paham ushul fikih, semasa kuliah kalau makan memang tak pernah kukunyah. Sebab kawan tahu, di kuliah satu nampan jatah makan dikerubuti lima orang. Jika harus dilumatkan dulu bisa kalah serangan.

Imam Syafii duduk khusu' di tengah-tengah perpus. Aku yang baru mengetahui rahasia agung itu masih tak bisa menyembunyikan rasa terkejutku. Aku ingin memastikan padanya tentang korelasi makan dengan ijtihad? Apa sandaran beliau? Apa mungkin dalilnya sebuah hadis sahih yang tertelan zaman, tidak sampai riwayatnya pada kita?! Aku nervous menyadari sebentar lagi aku akan jadi mujtahid. 

"Kenapa harus 40 kali, Imam?"

"BIAR GAK KESELEK BEGO!!!" Ah, rupanya aku kebanyakan nonton INI TALKSHOW. Yang duduk di depanku tadi bukan Imam Syafii, ia pasti Andre Taulany.

Tapi yang jelas dari semua kalam Imam Syafii, ada satu kata beliau yang membuatku terkesan. "MAN LAM YATAZAWWAJ MISHRIYYAH FAHUA A'ZAB" Belum nikah namanya kalau tidak dapet cewek Mesir, kira-kira begitu maksudnya.

Maka aku mencoba melobi Yang Di Atas prihal jodohku, baik yang telah digariskan di Lauh Mahfudz atau yang sedang ditimbang-timbang di TanganNya; Tuhan! Aku ingin menikah dengan mahasiswi Azhar saja! 
Lubang Ajaib Di Bumi Yaman

Lubang Ajaib Di Bumi Yaman

Lubang Ajaib Di Bumi Yaman

Nun jauh di Iatali sana, tepatnya di Verona, ada sebuah rumah kuno, tua dan sederhana. Tapi dulu, William Shakespeare, rela datang dari Inggris untuk menginap di rumah itu. Shakespeare ingin mencari ilusi suci yang oleh para seniman disebut dengan inspirasi. Ia ingin merasakan aura cinta orang Italia. Di rumah tua itulah Shakespeare menulis salah satu kisah cinta terbesar sepanjang sejarah anak Adam: Romeo and Juliet.

Bangunan itu pun tenar. Meski kisah Romeo dan Juliet fiktif, namun karena cinta absurd, ambigu dan kisah-kisahnya utopis, maka penduduk kota Praja Verona mengembuskan kabar melangkolis bahwa asmara akan abadi jika dua pasangan menulis nama di balkon rumah itu. Sebuah balkon yang menginspirasi Shakespeare saat menulis adegan Romeo memanjat kamar melalui gorden yang dilempar Juliet. Balkon itu kemudian dikenal dengan: JULIETTE BALCONY.

Dengan sangat jeli, pemerintah kota Praja memanipulasi kesintingan manusia akan cinta menjadi peluang bisnis. Walhasil, berbondong-bondonglah para wisatawan dari seluruh dunia, terutama yang sedang kasmaran mengunjungi balkon Juliet. Mereka menuliskan kisah cinta di sana. Awalnya hanya di balkon, karena semakin banyak turis yang datang, maka dibolehkan untuk menulis ikrar asmara di seluruh dinding rumah. Dinding tidak cukup atap pun jadi korban. Atap ful, pintu, jendela, kusen, bahkan selang air pun ditulisi oleh orang-orang yang tidak lagi lurus otaknya karena cinta.

Di paris, Perancis, hal serupa terjadi. Di kota paling romantis sedunia ini ada jembatan yang disebut Pont Des Art; Jembatan Cinta. Apa lagi posisi jembatan yang tak jauh dari keharibaan Menara Eiffel itu, membuat aura cinta kota ini semakin kuat, dalam, magis dan membius. Bagi muda mudi yang sedang dimabuk asmara, kalau melancong ke Prancis, kurang lengkap jika tidak mampir ke jembatan ini.

Entah cerita apa yang melatarinya, tapi ada keyakinan yang tersebar di sana bahwa jika dua orang saling mencintai menggantungkan gembok, dengan ditulisi nama-nama mereka, di pagar jembatan itu, maka cinta mereka akan langgeng. Konyol tapi Romantis bukan?!

Sejak saat itu, jembatan ini tidak pernah sepi pengunjung. Setiap hari puluhan orang dari berbagai mancanegara datang menggantungkan gembok, kemudian kuncinya dibuang ke sungai yang megalir di bawahnya. Pagar jembatan yang malang itu pun penuh dengan ribuan gembok berbagai macam jenis, bentuk dan ukuran. Sebagian pengunjung yang lain hadir untuk melihat-lihat, memastikan kalau gembok yang digantungkan tahun lalu masih ada. Sedang sisanya, yang masih sehat pikirannya, datang hanya untuk menyaksikan kegilaan ini.

Dugaanku, keyakinan tersebut sengaja didengungkan pemerintah kota Paris demi menambah pesona wisata kota itu. Tentu tujuannya komersial. Karena semakin banyak turis yang melancong semakin banyak pula income yang didapat.

Dan anehnya, ternyata di Tariem mitos serupa juga ada. Meski tidak mendunia seperti cerita diatas tapi keyakinan ini cukup terkenal dikalangan pelajar Hadharomaut. Tujuannya tentu bukan kemersialisasi wiswata sebab pemerintah Yaman terlalu bodoh untuk mengerti peluang bisnis semacam itu.

Jika anda ziaroh ke maqbaroh sayyiduna Isya al-Muhajir, di Husaisah, pas di samping kanan kuburan anda akan mendapati dinding batu besar dengan lubang seukuran kepala.

Pernah kutanyakan pada salah satu teman, katanya kepercayaan ini bersumber dari kitab tertentu. Sampai sekarang aku tak sempat memastikannnya. Tapi yang jelas, menurut mitos itu barang siapa yang memanggil orang lewat lubang ajaib itu maka orang yang dipanggil akan datang ke Tarim.

Beberapa kali ziaraoh ke sana aku sempat menyaksikan orang-orang melakukan hal itu dengan mata kepala sendiri. Terutama mahasiswa Indonesia, dan lucunya kebanyakan orang yang mereka panggil adalah, emh, tunangan mereka.

Awalnya aku enggan mencoba. Bukan karena bid'ah sebab hal itu bukan amalan. Dan aku percaya mahasiswa yang melakukannya tetap meyakini bahwa Allah lah yang berkuasa mendatangkan orang yang dipanggil. Tanpa izin-Nya, jangankan mendatangkan orang, bahkan daun yang lepas dari tangkainya pun takkan mungkin jatuh ke Bumi. Tapi sebabnya tak lain dan tak bukan karena aku, sampai pada detik ini, masih single, belum punya tunangan. (ehm, barangkali ada yang minat!)

Bagi anda yang hendak berkunjung ke Tarim dan ingin mencoba hal tersebut, saranku, agar tidak terlalu berspekulasi, ketika memanggil nama lewat lubang itu gunakanlah Hp. Hubungi nomernya sekaligus kirimkan juga tiket pesawat, Insyaallah hari, tanggal dan bulan kedatangnya akan lebih jelas dan pasti.
Mengenal Perbedaan Mazhab Dalam Islam

Mengenal Perbedaan Mazhab Dalam Islam

Mengenal Perbedaan Mazhab Dalam Islam

Bismillah...

Yang dimaksud dengan orang pintar yaitu orang yang mengetahui bahwa semua mazhab-mazhab fikih itu benar, karena berdasarkan pada ijtihad yang dilakukan oleh masing-masing imamnya,

Sedangkan orang bijak itu ialah orang yang mengetahui bahwa setiap tempat punya mazhabnya masing-masing, dan berfatwa selain dengan mazhab daerah tersebut adalah hal yang zalim, karena menaruh sesuatu bukan pada tempatnya,

Contoh konkret, jika ada ustaz yang menjadi imam tidak membaca 'bismillah' saat salat jahar di Indonesia. Hal ini mungkin benar dalam keyakinan si ustaz. Tetapi bagaimana dengan makmumnya yang rata-rata bermazhab Syafi'i, yang berkeyakinan bahwa 'bismillah' adalah bagian dari al-Fatihah? Ini akan menimbulkan masalah, sebab mereka akan menganggap salat si ustaz tidak sah, dan jika ia menjadi imam, salat makmumnya pun ikut tidak sah. Maka jika terlanjur terjadi, makmum mesti mengulang salatnya,

Atau contoh lain, yang lebih frontal, dalam mazhab Imam Malik, sebagaimana yang disampaikan oleh guru saya, Syekh Mustafa, anjing tidak najis, bahkan halal dimakan. Mazhab ini benar, dalam keyakinan malikiyah, namun patutkah dibawah ke Indonesia?

Jika di contoh kedua kita larang, dan mengapa contoh pertama kita bolehkan? Bukankah keduanya sama-sama mengundang perkara? Jangan-jangan kita bedakan keduanya bukan atas dasar ilmu, melainkan nafsu belaka?

Yang ingin saya sampaikan, pemahaman bahwa setiap mazhab yang empat adalah benar dan pasti sesuai Quran-Sunah adalah pemahaman yang pas, namun menyampaikan semua kepada awam, sehingga ibadah yang tadinya tinggal dijalankan malah terhambat dalam tahap debat, ini adalah tindakan tidak bijak, jika tak ingin dikatakan tindakan bodoh. Apalagi perdebatan perbandingan mazhab ini dilakukan oleh orang bodoh, atau orang mengaku pintar namun tak tahu usul fikih masing-masing mazhab. Ujung-ujungnya apa?

Boleh dilihat, paling-paling yang membanding-bandingkan mazhab sekarang ini hanya akan membandingkan beberapa dalil pokok, kemudian akhirnya ditarjihkan dengan polesan maslahah dan taisir (memudahkan). Lalu bagaimana dengan taklif (beban), padahal asal agama kita adalah taklif? Lalu bagaimana dengan dalil-dalil lainnya?

Belum lagi masalah tali periwayatan masing-masing mazhab serta rincian pendapatnya yang perlu dipertanyakan. Siapa guru Anda dalam mazhab hanafi? Apa kitab Hanafi yang telah Anda kuasai? Jika tidak keduanya, mengapa berani sekali menukilkan pendapat Hanafi? Bagaimana jika ternyata pendapat hanafi yang Anda nukilkan itu punya perincian yang berbeda, atau muktamadnya berbeda, karena Anda hanya menukilkannya dari kitab perbandingan mazhab, atau dari kitab dasar mazhab Hanafi tanpa validasi dari ulamanya?

Makanya, dalam berfatwa, kaidahnya adalah 'la yufti illa bil mu'tamad'. Tidak boleh berfatwa kecuali dengan pendapat muktamad dalam mazhab. Khusus di Indonesia dan negri-negri jiran, gunakan muktamad mazhab Syafi'i. Lain hal jika ia ingin beramal untuk dirinya sendiri, atau berfatwa tertutup, bukan fatwa umum, maka silakan gunakan pendapat yang berbeda. Hal ini pun hanya boleh dilakukan jika pendapat lain itu dia pelajari dengan cara yang benar, sah. Ada manhajnya,

Jangan sampai kita merasa seperti Imam Damanhur yang mampu berfatwa dengan empat mazhab. Beliau ulama hebat, punya banyak guru dari masing-masing mazhab yang empat. Dan lagi beliau hidup di Mesir, semua ulama empat mazhab mendatanginya. Dan adalah kezaliman, menyamakan Mesir dengan Indonesia. Adalah kezaliman yang lebih besar, menyamakan diri -yang hanya bermodal kitab kompilasi hukum Islam, kitab perbandingan mazhab, yang tak punya guru muktabar-, dengan Imam Damanhur. Zalim luar biasa!

Lalu bagaimana dengan orang yang bermazhab kepada mazhab sahabat Nabi, mazhab -yang mereka anggap sesuai Quran-Sunah-, dan meninggalkan mazhab yang empat? Apakah bisa diterima pendapatnya? Atau, apakah ada pertentangan antara mazhab sahabat dan mazhab Imam yang empat? Jawabannya : Tidak Ada! Rincian jawaban insyaAllah kita bahas di tulisan selanjutnya,

Pintar saja tidak cukup! Kita harus bijak juga dalam membaca realita,

Tidak ada yang salah dengan mazhab ataupun bermazhab. Yang salah biasanya adalah cara kita mempelajari dan cara kita menyampaikannya,

Maaf, hal ini sangat penting saya sampaikan mengingat dekatnya bulan puasa, banyak mufti berseliweran. Maka perlu diingatkan kaidah dan adab dalam berfatwa. Apakah itu fatwa hal-hal yang membatalkan saum, ataupun mengenai cara ibu hamil dan menyusui dalam mengganti puasanya,
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik..

Syukran Ustadz Fakhrul Emil atas ilmu nya... :)
Benarkah Perempuan Lebih Banyak Masuk Ke Dalam Neraka ?

Benarkah Perempuan Lebih Banyak Masuk Ke Dalam Neraka ?

Benarkah Perempuan Lebih Banyak Masuk Ke Dalam Neraka ?

Menanggapi hadis tentang banyaknya perempuan neraka dari pada laki-laki, bisa jadi disebabkan karena pembelajaran fikih perempuan itu rumit, dan banyak wanita yang lalai dalam mempelajarinya. Seperti permasalahan darah haid nifas dan istihadah

Padahal masalah-masalah itu ialah hal-hal yang pasti dialami wanita, sehingga untuk hukum mempelajarinya fardu ain. Yang berbahaya adalah, ketika tidak tahu, tidak juga mencari tahu, dengan mendatangi guru. sehingga menyebabkan banyak yang keliru dalam hal ibadah

Jangankan orang awam,banyak pelajar agama yang juga menganggap enteng masalah haid ini. Faktanya, yang biasanya mendalami ilmu agama itu adalah lelaki. Sedangkan permasalahan seperti haid nifas dan wiladah adalah urusan wanita. Yang satu tidak belajar karena merasa tidak membutuhkannya, sedangkan yang satunya merasa cukup dengan apa yang sudah diketahuinya. Ibadah yang dilakukan selama ini pun menjadi sah,

Tetapi benarkah demikian ?

Sebagai contoh. saat menhadapi sebuah kasus dimana wanita mendapati darah haid keluar selama 20 hari berturut turut, kebanyakan pelajar islam akan mengatakan bahwa haidnya hanya 15 hari, selebihnya merupakan istihadah,

Padahal tidak selalu demikian! Ketika memperoleh kasus semacam demikian, semestinya seseorang membutuhkan data-data pendukung. Itu haid pertama si perempuan atau bukan? Berapa lama durasi haid si perempuan sebelum darah yang tidak normal itu keluar? Warna darahnya hitam ataukah merah?

Penetapan hukum Haid-Istifadhah terhadap darah tersebut akan berbeda berdasarkan jawaban yang diberikan. Tak sepenuhnya dapat kita klaim bahwa itu darah Haid, selebihnya istihadah. Proses seperti ini merupakan tindakan yang terburu-buru, Juga menunjukkan ketidaktahuan, ketidaktelitian, bahkan secara kasarnya adalah kebodohan,Ingat bahwa permasalahan haid adalah salah satu perkara ilmu fikih yang paling detail. Maka sangat wajar jika keputusan akhir yang didapat pun bisa salah,

Dalam kasus diatas bisa jadi haid perempuan tadi jadi hanya 6, 7, 8 hari, selebihnya istihadah. Imbasnya ibadah yang ditinggalkan selama dalam masa darah syubhat itu keluar harus diganti. Makanya ilmu itu jangan diperingkas-ringkas. jangan dipermudah-mudahkan !

Sampai sejauh ini Alhamdulillah telah tiga kali kami mempelajari masalah darah haid dan nifas dan istihadah ini secara khusus dengan tiga syaikh berbeda, dengan tiga kitab berbeda pula, namun isinya hampir hampir sama. Yang pertama dengan Syekh Dr. Salim al-Khathib dari kitab Izalatul Iltibas hasil tulisan beliau sendiri. Yang kedua adalah dengan Syekh Mustafa Abu Hamzah dari kitab Umdatus Salik disertai penjelasan detail dari kitab-kitab panjang yang beliau rangkum dalam satu majelis ilmu khusus khusus. Dan yang terakhir dengan Syekh al-Habib Ahmad bin Abdurrahman al-Maqdi, dua kali beliau mensyarah kitab al-Ibanah,

Bisa dikatakan, kami telah menguasai dengan baik permasalahan darah Haid Nifas dan Istihadhah ini, meskipun tidak bisa juga dikatakan sempurna. Tetap perlu kepada mutala'ah dan muraj'ah,

Bukan berniat untuk sombong, kami hanya ingin tahadduts bin ni'mah alias mensyukuri nikmat

Sekaligus untuk membuat sebuah tpernyataan  : Jika kami yang laki-laki ini saja mau mempelajari masalah ini dengan sedetail-detailnya padahal tidak pun akan kami alami, bagaimana dengan saudari-saudari kami? Sejauh mana masalah ini telah terkuasai? Masihkah merasa tidak peduli dengan alasan tak mau repot, tak ingin payah?

Hal ini juga berlaku kepada saudara-saudara kami yang mewakafkan dirinya untuk mendalami ilmu agama. Sudahkah saudara pelajari masalah ini? Jika masalah ini saudara tidak kuasai, kepada siapakah nanti masyarakat akan bertanya? Ataukah saudara malu mengatakan 'saya tidak tahu' dan malah menjawab asal-asalan dengan dalil pusaka yang sering disalahgunakan : maqasid dan maslahah?

Tak bosan juga kami ingatkan. Masalah agama ini kadang memang terlihat simpel jika kita lihat dari luarnya saja. Namun coba kaji makin dalam, kita aman makin sadar dengan kebodohan diri, makin berhati-hati dalam menjawab tanya dan menyelesaikan masalah,

Seorang dokter yang salah dalam memberi resep obat paling-paling hanya akan berujung takziyah. Jika alim salah memberi fatwa, neraka jadi tujuan. waspadalah !

Ini tak lebih dari sekedar pengingat buat saya pribadi, pun juga bagi kawan-kawan semua, mumpung Ramadhan, semangat beragama sedang menggebu, arahkanlah untuk menuntut ilmu, memperbaiki kualitas ibadah,

Inilah Pesan Terakhir Dari Dr Ryan Thamrin !

Inilah Pesan Terakhir Dari Dr Ryan Thamrin !



Kabar duka kembali datang dari dunia hiburan tanah air. Dokter Ryan Thamrin, yang selama ini diketahui memandu acara Dr. Oz Indonesia di sebuah stasiun televisi swasta itu dikabarkan meninggal dunia pada Jumat (4/8/2017) dini hari di Pekanbaru.

"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Telah berpulang ke Rahmatullah. Dr Ryan Thamrin (Dr. OZ Indonesia), Pemenang Abang Jakarta Timur 2003, pada hari ini pukul 03.30 pagi di Pekanbaru (sementara baru ini data yg didapat)," demikian pesan singkat yang diterima di kalangan wartawan.

"Mohon doanya, semoga Almarhum diberi tempat yang mulia di sisi Allah SWT dan diampuni segala dosanya serta diterima amal ibadahnya. Aamin YRA. Selamat jalan Bang Ryan. Terimakasih atas segala kontribusinya untuk membuat kita sadar akan pentingnya hidup sehat. We lost you very much and we will be missing you," lanjut pesan tersebut.

Dua hari sebelum meninggal dunia, Ryan Thamrin sempat mengunggah sebuah video pendek yang berisikan pesan postif agar tidak menilai orang karena fisiknya saja. Ia pun memberi contoh kisah nyata dari seorang gadis Korea yang sering disebut Orangutan, namun ia berubah setelah melakukan operasi plastik di rahangnya.




Sementara itu, akun media sosial dokter Ryan Thamrin langsung dibanjiri ungkapan duka dari netizen. "Innalillahi wainnailaihi rojiun. Semoga segala dosa almarhum diampuni, amal ibadahnya diterima Allah SWT, damai di sisiNya, aamiin. Selamat jalan dr. Ryan," tulis akun chiesa_cheerful. "RIP dok ryan😭😭 Semoga diterima disisiNya," tambah akun lhieabreslin.
Inilah Penyebab Dr Ryan Thamrin Meninggal Di Usia 39 Tahun !

Inilah Penyebab Dr Ryan Thamrin Meninggal Di Usia 39 Tahun !

Inilah Penyebab Dr Ryan Thamrin Meninggal Di Usia 39 Tahun !


Cukup familiar di kuping kita semua nama dokter Ryan Thamrin. Dokter yang ditunjuk sebagai salah seorang presenter di acara talkshow kesehatan salah satu televisi itu tutup usia pagi ini, Jumat (4/8/2017).

Dokter ganteng berusia 39 tahun itu dikabarkan meninggal dunia pada pukul 03.30 dini hari. Kabar ini pun langsung ramai dibicarakan di dunia maya, khususnya di Twitter. Beberapa netizen mempertanyakan keaslian kabar tersebut. Namun, melalui akun @blogdokter, kabar tersebut dibenarkan

Pemenang Abang Jakarta Timur 2003 itu dikabarkan meninggal dunia karena jatuh di kamar mandi. Informasi ini diberikan oleh akun Twitter @enggaresa. Dia menjelaskan bahwa setelah jatuh di kamar mandi, dokter Ryan pun meninggal di tempat. Dia pun menghaturkan doa terbaik untuk dokter tersebut. Pada pesan broadcast di WhatsApp yang diterima Okezone, beberapa masyarakat juga menghantarkan doa terbaik untuknya. Tak hanya itu, hal terpenting adalah ucapan terima kasih, khususnya atas segala informasi kesehatan yang selalu diberikan Dokter Ryan Thamrin. Segenap tim Okezone mengucapkan turut berduka cita atas kabar ini. Semoga jenazah diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Selamat jalan, Dr Ryan Thamrin ! Semoga amal ibadah mu diterima disisi Allah SWT..