Benarkah Perempuan Lebih Banyak Masuk Ke Dalam Neraka ?
Seputar Islam
Menanggapi hadis tentang banyaknya perempuan neraka dari pada laki-laki, bisa jadi disebabkan karena pembelajaran fikih perempuan itu rumit, dan banyak wanita yang lalai dalam mempelajarinya. Seperti permasalahan darah haid nifas dan istihadah
Padahal masalah-masalah itu ialah hal-hal yang pasti dialami wanita, sehingga untuk hukum mempelajarinya fardu ain. Yang berbahaya adalah, ketika tidak tahu, tidak juga mencari tahu, dengan mendatangi guru. sehingga menyebabkan banyak yang keliru dalam hal ibadah
Jangankan orang awam,banyak pelajar agama yang juga menganggap enteng masalah haid ini. Faktanya, yang biasanya mendalami ilmu agama itu adalah lelaki. Sedangkan permasalahan seperti haid nifas dan wiladah adalah urusan wanita. Yang satu tidak belajar karena merasa tidak membutuhkannya, sedangkan yang satunya merasa cukup dengan apa yang sudah diketahuinya. Ibadah yang dilakukan selama ini pun menjadi sah,
Tetapi benarkah demikian ?
Sebagai contoh. saat menhadapi sebuah kasus dimana wanita mendapati darah haid keluar selama 20 hari berturut turut, kebanyakan pelajar islam akan mengatakan bahwa haidnya hanya 15 hari, selebihnya merupakan istihadah,
Padahal tidak selalu demikian! Ketika memperoleh kasus semacam demikian, semestinya seseorang membutuhkan data-data pendukung. Itu haid pertama si perempuan atau bukan? Berapa lama durasi haid si perempuan sebelum darah yang tidak normal itu keluar? Warna darahnya hitam ataukah merah?
Penetapan hukum Haid-Istifadhah terhadap darah tersebut akan berbeda berdasarkan jawaban yang diberikan. Tak sepenuhnya dapat kita klaim bahwa itu darah Haid, selebihnya istihadah. Proses seperti ini merupakan tindakan yang terburu-buru, Juga menunjukkan ketidaktahuan, ketidaktelitian, bahkan secara kasarnya adalah kebodohan,Ingat bahwa permasalahan haid adalah salah satu perkara ilmu fikih yang paling detail. Maka sangat wajar jika keputusan akhir yang didapat pun bisa salah,
Dalam kasus diatas bisa jadi haid perempuan tadi jadi hanya 6, 7, 8 hari, selebihnya istihadah. Imbasnya ibadah yang ditinggalkan selama dalam masa darah syubhat itu keluar harus diganti. Makanya ilmu itu jangan diperingkas-ringkas. jangan dipermudah-mudahkan !
Sampai sejauh ini Alhamdulillah telah tiga kali kami mempelajari masalah darah haid dan nifas dan istihadah ini secara khusus dengan tiga syaikh berbeda, dengan tiga kitab berbeda pula, namun isinya hampir hampir sama. Yang pertama dengan Syekh Dr. Salim al-Khathib dari kitab Izalatul Iltibas hasil tulisan beliau sendiri. Yang kedua adalah dengan Syekh Mustafa Abu Hamzah dari kitab Umdatus Salik disertai penjelasan detail dari kitab-kitab panjang yang beliau rangkum dalam satu majelis ilmu khusus khusus. Dan yang terakhir dengan Syekh al-Habib Ahmad bin Abdurrahman al-Maqdi, dua kali beliau mensyarah kitab al-Ibanah,
Bisa dikatakan, kami telah menguasai dengan baik permasalahan darah Haid Nifas dan Istihadhah ini, meskipun tidak bisa juga dikatakan sempurna. Tetap perlu kepada mutala'ah dan muraj'ah,
Bukan berniat untuk sombong, kami hanya ingin tahadduts bin ni'mah alias mensyukuri nikmat
Sekaligus untuk membuat sebuah tpernyataan : Jika kami yang laki-laki ini saja mau mempelajari masalah ini dengan sedetail-detailnya padahal tidak pun akan kami alami, bagaimana dengan saudari-saudari kami? Sejauh mana masalah ini telah terkuasai? Masihkah merasa tidak peduli dengan alasan tak mau repot, tak ingin payah?
Hal ini juga berlaku kepada saudara-saudara kami yang mewakafkan dirinya untuk mendalami ilmu agama. Sudahkah saudara pelajari masalah ini? Jika masalah ini saudara tidak kuasai, kepada siapakah nanti masyarakat akan bertanya? Ataukah saudara malu mengatakan 'saya tidak tahu' dan malah menjawab asal-asalan dengan dalil pusaka yang sering disalahgunakan : maqasid dan maslahah?
Tak bosan juga kami ingatkan. Masalah agama ini kadang memang terlihat simpel jika kita lihat dari luarnya saja. Namun coba kaji makin dalam, kita aman makin sadar dengan kebodohan diri, makin berhati-hati dalam menjawab tanya dan menyelesaikan masalah,
Seorang dokter yang salah dalam memberi resep obat paling-paling hanya akan berujung takziyah. Jika alim salah memberi fatwa, neraka jadi tujuan. waspadalah !
Ini tak lebih dari sekedar pengingat buat saya pribadi, pun juga bagi kawan-kawan semua, mumpung Ramadhan, semangat beragama sedang menggebu, arahkanlah untuk menuntut ilmu, memperbaiki kualitas ibadah,