9 Hikmah Puasa Ramadhan
Ramadhan
Ada berjuta hikmah puasa Ramadhan bagi kesehatan dan rohani
seseorang, semakin kita memahaminya maka semakin bersemangat pula kita
menjalankannya. Dalam berbagai ayat yang telah ditafsirkan oleh berbagai ulama,
dalam berbagai hadits yang diriwayatkan oleh para perawi hadis Nabi, serta
keterangan dari ulama langsung mengenai hikmah puasa di bulan Ramadhan yang
kami sampaikan berikut ini semoga bisa mempertebal iman kita pada perintah-Nya
yang agung ini.
Menurut hemat penulis sendiri, bicara soal pahala atau
ganjaran, sebenarnya hal yang paling ‘menggiurkan’ yang bisa jadi alasan kuat
kita sehingga mau berpuasa bukan hanya pada bulan Ramadan saja adalah karena
sepenggal dari redaksi hadis Qudsi ini: “Tiap-tiap amal bani Adam untuknya.
Kecuali puasa, Ia adalah untuk-Ku dan Aku (sendiri) yang akan membalasnya.”
Secara lengkap, kalimat di atas dikutip dari hadis berikut:
وَالَّذِيْ
نَفْسِيْ بِيَدِهِ ، لَخُلُوْفُ فَمِ
الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللّٰهِ مِنْ
رِيْحِ الْمِسْكِ ، يَتْرُكُ طَعَمَهُ
وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِيْ . كُلُّ
عَمَلِ ِابْنِ آدَمَ لَهُ
إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ
بِهِ
Demi Dzat yang diriku ada ditangan-Nya, sesungguhnya bau
mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak
kasturi. Dia tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan dengan istrinya
karena-Ku. Tiap-tiap amal bani Adam baginya, kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku
yang akan memberinya pahala. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah,
Al-Lu’lu wal Marjan, hal.706)
Jika dipahami, dan ini menurut salah satu keterangan dari
ahli agama, bahwa bisa dibilang semua amal ibadah umat muslim sering kali
disebut jumlah ganjarannya, misalnya saja sedekah, ia ibarat menanam benih yang
menumbuhkan tujuh cabang dan masing-masing cabangnya menghasilkan cabang 100
dan seterusnya. Demikianlah jumlah pahala orang yang bersedekah. Ibadah lainnya
juga demikian, selalu disebut jumlah pahalanya. Namun, bagaimana dengan
ganjaran atau hikmah puasa? Dari hadits di atas sama sekali tidak disebut
jumlah ganjarannya, bahkan ia diberi nilai yang sangat tinggi, yakni Allah swt.
sendiri yang akan langsung membalasnya (di Akhirat kelak). Sungguh mengagumkan
kan!
Di atas masih berupa prolog, masih ada puluhan hikmahnya
yang akan kami jelaskan satu persatu berdasarkan hadis dan ayat al-Qur’an:
Hikmah Puasa Ramadhan dalam Segala Aspek
Seribu satu hikmah yang dikandung dalam ibadah puasa, bukan
hanya pada bulan Ramadhan saja, tapi juga puasa pada bulan lainnya, seperti
puasa Senin-Kamis, Syawal, puasa 3 hari setiap bulan, pada hari Arafah, Ayyamul
Bidh dan hari-hari lain yang senantiasa dijalankan oleh Nabi Muhammad saw.
Syaikh Abu Bakr Al-Jazairi dalam kitabnya Aisarut Tafasir
menerangkan bahwa ayat mengenai kewajiban berpuasa mengisyaratkan kepada
faidah-faidah puasa yang banyak, baik faidah diniyyah (Agama) maupun
faidah Ijtima’iyyah (sosial
kemasyarakatan).
Nah, berikut ulasan lengkap keutamaannya:
1. Mengasah ketaqwaan seorang hamba
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).
Ya, dengan disyariatkannya ibadah puasa di bulan Ramadhan
maka seorang muslim akan melatih dirinya selama sebulan penuh untuk menghindari
segala larangannya dan bahkan sesuatu yang halal di bulan lain akan menjadi
haram bagianya di bulan tersebut. Inilah yang diistilahkan dengan madrasah
mutamayizah (sekolah istemewa). Jika hal yang halal saja bisa kita tahan untuk
tidak melakukannya, seperti makan dan minum serta berhubungan suami-istri, maka
diharapkan setelah masuk pada bulan syawal hingga puasa pada tahun selanjutnya,
hal-hal yhikmah puasa ramadhanang sifatnya haram sudah barang tentu lebih mampu
dihindari.
Penjelasan di atas kiranya yang menjadi maksud dari kata لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ , yakni agar kamu
bertakwa, dimana rasa takutmu kepada Allah semakin tinggi.
Adapun Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan
lebih lengkap tentang tafsir mengenai makna ketakwaan yang diperoleh dari
hikmah puasa di bulan Ramadhan, setelah menyebutkan penggalan ayat:
لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
“Agar kalian bertakwa”
Beliau menjelaskan bahwa:
فإن الصيام من أكبر
أسباب التقوى, لأن فيه
امتثال أمر الله واجتناب
نهيه
“Sesungguhnya puasa termasuk salah
satu sebab terbesar diraihnya ketakwaan, karena di dalam ibadah puasa terdapat
bentuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya” (bukan hadis)
فمما اشتمل عليه من
التقوى: أن الصائم يترك
ما حرم الله عليه
من الأكل والشرب والجماع
ونحوها, التي تميل إليها
نفسه, متقربا بذلك إلى
الله, راجيا بتركها, ثوابه،
فهذا من التقوى.
“Yang termasuk dalam cakupan takwa
(yang terdapat dalam ibadah puasa ini, pent.) adalah bahwa seorang yang
berpuasa meninggalkan perkara yang diharamkan oleh Allah berupa makan, minum,
bersetubuh, dan lainnya yang disenangi oleh nafsunya, dengan niat mendekatkan
dirinya kepada Allah, mengharap pahala-Nya dengan meninggalkan perkara-perkara
tersebut, maka ini termasuk bentuk ketakwaan.” (bukan hadis)
ومنها:
أن الصائم يدرب نفسه
على مراقبة الله تعالى,
فيترك ما تهوى نفسه,
مع قدرته عليه, لعلمه
باطلاع الله عليه،
Dan diantara bentuk-bentuk ketakwaan dari ibadah puasa ini
adalah bahwa orang yang berpuasa melatih dirinya untuk senantiasa merasa
diawasi oleh Allah Ta’ala, sehingga ia meninggalkan sesuatu yang disukai
dirinya, padahal ia memiliki kemampuan untuk melakukannya, karena ia meyakini
bahwa Allah mengawasinya. (bukan hadis)
ومنها:
أن الصائم في الغالب,
تكثر طاعته, والطاعات من
خصال التقوى،
“Di antaranya pula bahwa orang yang
berpuasa pada umumnya banyak melakukan ketaatan, sedangkan ketaatan adalah
bagian dari ketakwaan” (bukan hadis)
Mengenai tata cara dan cara menjalankan puasa bilamana
seseorang mengalami sakit atau dalam perjalanan diterangkan lebih lanjut dalam
ayat selanjutnya, yakni pada ayat 184-185 surah Al-Baqarah. Sebagaimana dalam
ayat 185 disebutkan, “Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain”
Simak dulu, Hal-Hal yang Membatalkan Puasa
2. Ramadahan sebagai jalan penghapus dosa
Sebagaimana Abu Hurairah ra. meriwayatkan dari Nabi saw.,
beliau bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ
قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan
karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu. Barang-siapa menegakkan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala,
niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Alangkah beruntungnya orang yang bisa menjalankan puasa
Ramadhan, bahkan dikatakan bahwa jika telah masuk bulan mulia ini para setan
menangis terseduh-seduh karena iri terhadap manusia yang mendapat ampunan dari
Allah.
Walau demikian, landasan imanlah yang jadi penentu dari
semua ini. Jika seseorang betul-betul melaksanakannya karena landasan tersebut,
maka segala dosanya yang telah lalu akan diampuni oleh Allah swt.
3. Menahan lapar untuk melatih kesabaran
الصِّيَامُ
نِصْفُ الصَّبْرِ
“Puasa adalah setengah dari
kesabaran.” (HR. Ibnu Majah)
صَوْمُ
شَهْرِ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةُ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ
، يُذْهِبْنَ وَحْرَ
الصَّدْرِ
“Puasa bulan kesabaran dan tiga hari
dalam setiap bulan dapat melenyapkan kedengkian dalam dada.” (HR. Ahmad, dan
dari Bazzar dari Ali dan Ibnu Abbas, dan Thabrani dan Baghawy dari Namr bin
Tulab. Lihat Al-Jami’ Ash-Shagir 3804)
Salah satu bentuk ksesempurnaan puasa adalah dengan tidak
berbantah-bantahan dan tidak mudah melampiaskan kemarahan yang mana intinya
adalah anjuran untuk berprilaku sabar. Bahkan dikatakan dalam sebuah hadis
Nabi,
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ
صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa
namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan
dahaga saja.”
Jadi, pada dasarnya hikmah puasa Ramadhan adalah bukan hanya
untuk menahan lapar dan haus saja, tapi juga emosi agar pada bulan tersebut
dapat menjadi gemblengan bagi seorang muslim untuk menjadi hamba yang lebih
mampu menata emosianalnya. Tak ada gunanya lapar dan haus sehari kalau hati kita
dan anggota badan kita tidak ‘diajak’ berpuasa juga. Bahkan Ibnu Rajab
mengatakan,
أَهْوَنُ
الصِّيَامُ تَرْكُ الشَّرَابِ وَ
الطَّعَامِ
“Tingkatan puasa yang paling rendah
adalah hanya meninggalkan minum dan makan saja.” (bukan hadis)
Dengan demikian, hikmah Ramadhan sebenarnya bukan hanya
untuk membersihkan fisik kita, tapi juga rohani kita agar bisa hidup lebih
Islami selama 11 bulan selanjutnya.
4. Manfaat puasa sebagai Perisai diri
Sebagaimana halnya Nabi Saw. bersabda bahwa الصِّيَامُ
جُنَّةٌ , yakni puasa
sebagai junnah atau “perisai”. Sabda
tersebut terdapat pada dua hadis di bawah:
الصِّيَامُ
جُنَّةٌ مِنَ النَّارِ كَجُنَّةِ
أَحَدِكُمْ مِنَ الْقِتَالِ
“Puasa adalah perisai dari api
neraka, seperti perisainya salah seorang kalian dalam peperangan.” (HR.Ahmad,
Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hiban, dan Ibnu Khuzaimah dari Utsman bin Abil Ash,
sahih Al-Jami’ Ash-Shaghir 3879)
Dalam riwayat lain beliau Saw. bersabda,
الصِّيَامُ
جُنَّةٌ وَهُوَ حِصْنٌ مِنْ
حُصُونِ الْمُؤْمِنِ
“Puasa adalah perisai. Ia adalah
benteng dari sekian banyak benteng orang Mukmin.” (HR. Thabrani dari Abi
Umamah, derajatnya hasan sahih. Al-Jami’ Ash-Shaghir A/3881)
Hadits di atas diriwayatkan oleh banyak sanad dari sejumlah
sahabat Nabi, di antaranya dari Abu Hurairah dalam kitab sahih Bukhari dan
Muslim.
Maksud perisai tersebut adalah dimana hikmah puasa Ramadhan
untuk melindungi diri dari dosa ketika hidup di dunia karena dengan berpuasa
seseorang akan selalu berusaha menjaga dirinya untuk tidak melakukan hal-hal
yang dilarang, dan bahkan efeknya bisa berlangsung pada hari-hari dimana ia
tidak lagi berpuasa. Maksud perisai lainnya adalah bahwa dengan menjalankan
ibadah tersebut maka kelak pahalanya akan menyelamatkan seseorang dari api
neraka di Yaumul Akhir.
Mengenai hikmah Ramadhan ini, dijelaskan pula oleh Syaikh
Abdur Rahman As-Sa’di:
ومنها:
أن الصيام يضيق مجاري
الشيطان, فإنه يجري من
ابن آدم مجرى الدم,
فبالصيام, يضعف نفوذه, وتقل
منه المعاصي،
“Dan diantaranya juga bahwa orang
yang berpuasa berarti menyempitkan jalan-jalan setan dalam tubuhnya, karena
setan berjalan dalam diri keturunan Nabi Adam as. di tempat aliran darah. Maka
dengan puasa melemahkan kekuatan setan dan menjadi sedikit kemaksiatan
karenanya.” (bukan hadis)
Pemaparan beliu di atas bukan tanpa alasan karena Nabi saw.
juga pernah bersabda mengenai hikmah Fasting ini:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنِ ابْنِ
آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ
“Sesungguhnya setan mengalir dalam
diri manusia pada tempat mengalirnya darah.”
Dengan demikian, bukan hanya karena seseorang takut berbuat
maksiat kepada Allah di bulan Ramadhan yang menjadikannya lebih bertaqwa, tapi
juga memang karena dengan berpuasa seseorang akan membatasi pengaruh setan /
jahat dalam dirinya disebabkan karena menahan lapar yang mana hal tersebut
dapat menyempitkan jalan-jalan setan yang mengalir dalam pembuluh darah.
Terlepas pada puasa yang dijalankan di bulan Ramadhan,
hikmah puasa pada hari-hari lain juga diungkapkan dapat menjadi tameng dalam
mengontrol hawa nafsu seseorang, sebagaimana disebutkan hadis berikut yang
berkaitan dengan anjuran menikah:
يا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ
فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ
لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ (رواه البخاري، رقم 5066 ،
مسلم، رقم 1400)
“Wahai para pemuda! Siapa yang sudah
memiliki kemampuan (lahir maupun batin), maka (bersegerahlah) menikah. Karena
hal itu dapat menahan pandangan dan menjaga kemaluan. Sedangkan bagi yang belum
mampu (menikah), hendaklah dia berpuasa, karena hal itu (menjadi) benteng
baginya.” (HR. Bukhari, no. 5066, Muslim, no. 1400)
Dengan demikian, jika ingin menjaga pandangan dan juga
gejolak syahwat yang tinggi yang tidak dapat dilampiaskan dalam hubungan yang
halal, maka salah satu solusinya adalah dengan senantiasa berpuasa.
5. Sarana memperbanyak zikir kepada Allah
Rasulullah pernah bersabda mengenai kesenangan beliau ketika
mengalami lapar, yang mana ini bisa semakna dengan aktifitas berpuasa seorang
muslim.
عَرَضَ
عَلَيَّ رَبِّيْ لِيَجْعَلَ لِيْ
بَطْحَاءَ مَكَّةَ ذَهَبًا ،
فَقُلْتُ : لَايَارَبَّ ، وَلَكِنِّيْ أَشْبَعُ
يَوْمًا وَأَجُوْعُ يَوْمًا ، فَإِذَا
جُعْتُ تضَرَّعْتُ إِلَيْكَ وَذَكَرْتُكَ وَإِذَا شَبِعْتُ وَشَكَرْتُكَ
Tuhanku pernah menawariku untuk menjadikan kerikil di Makkah
emas. Aku menjawab, “Tidak, wahai tuhanku. Akan tetapi aku kenyang sehari dan
lapar sehari. Apabila aku lapar, aku merendah sembari berzikir kepada-Mu, dan
apabila aku kenyang, aku memuji-Mu dan bersyukur kepadamu-Mu. (Riwayat Ahmad
dan Tirmidzi dari Abi Umamah.)
Memang betul bahwa salah satu hikmah puasa adalah dimana
seorang hamba akan semakin giat melakukan amalan akhiratnya karena terdorong
oleh pahala dan rasa lapar yang dialaminya. Dengan kosongnya perut maka badan
akan sedikit lemas, sehingga dengan demikian akan memilih lebih banyak diam
dari pada berbica dan beraktifitas. Dan hal yang paling baik dilakukan saat itu
adalah zikir yang sama sekali tak butuh banyak tenaga.
6. Manfaatnya bagi kesehatan tubuh
صُوْمُوْا
تَصِحُّوْا
“Berpuasalah kalian, niscaya kalian
akan sehat.” (HR. Thabrani)
Bisa dibayangkan, kalau anda punya motor yang hanya dipakai
saja selama setahun penuh tanpa pernah di-service, kira-kira bagaimana jadinya?
Tentunya ia akan cepat rusak kan? Nah, demikian juga dengan tubuh / fisik kita,
jika selama setahun penuh organ tubuhnya dan ototnya hanya digunakan saja tanpa
pernah diservis maka sudah barang tentu akan mudah sakit dan tidak fit.
Jadi, hikmah puasa Ramadhan dari segi kesehatan dengan
menahan lapar ini sebenarnya sebagai bentuk pemeliharaan pada tubuh kita.
Tuhanlah yang menciptakan manusia, sehingga Tuhan pula yang
jauh lebih tau bagaimana system service yang tepat untuk ciptaannya. Sama
halnya dengan produsen kendaraaan, karena dialah yang menciptakan produknya,
maka dia pula yang jauh lebih tau bagaimana cara merawatnya.
Dalam sebuat hadits Nabi saw. juga lebih lanjut dipertegas
mengenai penjalasan di atas:
“Bagi tiap-tiap sesuatu itu ada
pembersihnya dan pembersih badan kasar (jasad) ialah puasa” (HR. Ibnu Majah)
Karena apa yang diungkapkan oleh Nabi Muhammad adalah bagian
dari wahyu, maka kebenarannya pun tak dapat diragukan. Hal ini terbukti dari
beberapa hasil penilitian pakar kesehatan mengenai puasa.
Dr. Abdul Aziz Ismail dalam bukunya sendiri, “Al Islam wat
Tibbul Hadits”, beliau mengungkapkan bahwa hikmah puasa di antaranya adalah
sebagai obat dari beraneka macam penyakit dalam, seperti kencing manis
(diabetes), ginjal, dan darah tinggi.
Salah seorang dokter juga yang berkebangsaan Amerika, Mac
Fadon, membuktikan bahwa ia berhasil mengobati pasiennya yang telah gagal
menggunakan obat-obat modern hanya dengan menganjurkan melakukan puasa saja.
Di Jerman juga ada sebuah lembaga bernama Fasten Institute
atau Lembaga Puasa yang mana menggunakan aktifitas puasa sebagai jalan untuk
upaya penyembuhan pada penyakit yang tidak lagi bisa diobati dengan obat-obat
kimia buatan pabrik dan ahli kedokteran. Dan istilah ‘diet’ juga sebenarnya
bagian dari puasa, namun dalam bentuk yang lebih sederhana.
Dr. Alexis Carel sendiri yang merupakan salah seorang dokter
internasional yang terkenal karena pernah memperoleh penghargaan nobel dalam
bidangnya, yakni kedokteran, menegaskan bahwa dengan melakukan puasa pernafasan
akan menjadi lebih bersih dan sehat.
7. Manfaat puasa dalam meningkatkan kepekaan sosial
Penjelasan yang sangat tepat mengenai ini adalah sebagaimana
seorang ulama besar bernama Al-Allamah Ibnu Hammam mengungkapkan bahwa “Tatkala
seseorang merasakan pedihnya lapar pada sebagian waktunya, ia akan teringat
perasaan ini diseluruh waktunya, lalu timbullah padanya rasa kasihan.” (Fath
Al-Qadir 2/42)
Rasa lapar yang berat yang dirasakan seseorang saat berpuasa
akan menjadikannya lebih peka terhadap kehidupan orang-orang yang sedang susah,
seperti pemulung, peminta-minta dan fakir miskin yang terkadang hanya bisa
makan 1-2 kali sehari. Sehingga, dengan sendirinya puasa ini juga bisa menjadi
solusi cara mengatasi masalah sosial dalam masyarakat.
Dijelaskan pula dalam Tafsir As-Sa’di:
ومنها:
أن الغني إذا ذاق
ألم الجوع, أوجب له
ذلك, مواساة الفقراء المعدمين,
وهذا من خصال التقوى.
“Di antaranya adalah orang yang kaya
jika merasakan lapar (saat berpuasa), hal itu mendorongnya untuk meringankan
kesulitan orang-orang fakir yang tak
berharta, dan ini adalah bagian dari ketakwaan” (Tafsir As-Sa’di)
Sungguh mengagumkan hikah puasa Ramadhan untuk umat-Nya. Ia
tidak hanya sebagai bentuk servis pada tubuh dan rohani seseorang, tapi juga
sebagai bentuk kepedulian terhadap kehidupan sosial. Berdasarkan pemaparan dari
tafsir di atas, maka jelaslah bahwa puasa menjadi jalan untuk meningkatkan
kesadaran orang-orang yang diberi rezeki yang cukup agar peduli pada sesamanya,
lebih khusus pada tetangganya yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya.
8. Agar menjadi manusia yang lebih berbudi
Selain menahan lapar dan minum serta tidak melakukan
hubungan suami istri di siang hari, puasa di bulan Ramadhan mengharuskan setiap
umat Muslim untuk tidak berbuat dan berkata-kata hal yang buruk.
Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah
saw. bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ
الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ
حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ
طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan
perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar
dan haus yang dia tahan.”
Hikmah puasa di bulan Ramadhan yang dapat kita tarik redaksi
hadis di atas adalah bahwa puasa sama sekali bukan hanya untuk tujuan menahan
lapar dan haus, tapi lebih kepada hal-hal yang sifatnya pengendalian diri
terhadap segala sesuatu yang sifatnya negatif, seperti berkata jorok, berbohong
dan lain sebagainya.
Lebih lanjut di jelaskan lagi dalam hadis yang bersumber
dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda,
لَيْسَ
الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ
، إِنَّمَا الصِّيَامُ
مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ
أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ
فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ،
إِنِّي صَائِمٌ
“Puasa bukanlah hanya menahan makan
dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan
lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil
padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.”
Artinya apa? Bahwa jika kamu puasa maka puasakan pula nafsu
amarahmu agar kesempurnaan ibadah puasa kamu dapatkan. Adapun ‘lagwu’ diartikan
sebagai ucapan yang sia-sia dan tidak memiliki manfaat. Sedangkan makna
‘rofats’ adalah bermakan segala setiap hal yang diinginkan kaum pria pada
perempuan, atau bisa juga berarti kata-kata kotor.
9. Hikmah puasa untuk menghapus sikap dengki dalam diri
صَوْمُ
شَهْرِ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةُ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ
، يُذْهِبْنَ وَحْرَ
الصَّدْرِ
“Puasa bulan kesabaran dan tiga hari
dalam setiap bulan dapat melenyapkan kedengkian dalam dada.” (HR. Bazzar dari
Ali dan Ibnu Abbas, dan Thabrani dan Baghawy dari Namr bin Tulab. Lihat
Al-Jami’ Ash-Shagir 3804)
Tampak jelas bahwa dengan berpuasa maka kita bisa
merontokkan segala penyakit hati dalam diri kita, terutama sikap dengki pada
sesama.
Dengki sendiri adalah sikap dimana seseorang merasa tidak
senang dengan orang lain karena kesuksesan yang diraihnya. Dan dikatakan pula
bahwa orang yang dengki biasanya marah dan memusuhi orang lain walau orang
tersebut tak punya salah dengannya.