Pengertian Puasa dan Macam-Macam Pembagiannya
Ramadhan Seputar Islam
Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Sedangkan menurut syariat islam puasa adalah
suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari
makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak
terbit matahari / fajar / subuh hingga matahari terbenam / maghrib dengan
berniat terlebih dahulu sebelumnya.
Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat kita menjadi
tahan terhadap hawa nafsu, sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin,
selalu bersyukur kepada Allah SWT dan juga untuk membuat tubuh menjadi lebih
sehat.
Orang yang diperbolehkan untuk berbuka puasa sebelum
waktunya adalah :
- Dalam perjalanan jauh 80,640 km (wajib qodo puasa)
- Sedang sakit dan tidak dapat berpuasa (wajib qodo puasa)
- Sedang hamil atau menyusui (wajib qada puasa dan membayar
fidyah)
- Sudah tua renta atau sakit yang tidak sembuh-sembuh (wajib
membayar fidyah 3/4 liter beras atau bahan makanan lain)
Baca juga : Niat Puasa, Doa Buka Puasa, Niat Shalat Tarawih Dan Niat Shalat Witir
Baca juga : Niat Puasa, Doa Buka Puasa, Niat Shalat Tarawih Dan Niat Shalat Witir
MACAM-MACAM PUASA
A. PUASA FARDHU
Puasa fardhu adalah puasa yang harus dilaksanakan
berdasarkan ketentuan syariat Islam. Yang termasuk ke dalam puasa fardhu antara
lain:
a. Puasa bulan Ramadhan
Puasa dalam bulan Ramadhan dilakukan berdasarkan perintah
Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
- yâ ayyuhal-ladzîna âmanûkutiba ‘alaykumush-shiyâmu kamâ
kutiba ‘alal-ladzîna min qoblikum la’allakum tattaqûn –
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu
terhindar dari keburukan rohani dan jasmani (QS. Al Baqarah: 183).
- syahru Romadhônal-ladzî unzila fîhil-qurânu hudal-lin-nâsi
wa bayyinâtim-minal-hudân wal-furqôn(i). Faman syahida min(g)kumusy-syahro
falyashumh(u). wa man(g) kâna marîdhon aw ‘alâ safari(g) fa’iddatum-min ayyâmin
ukhor. Yurîdullohu bikumul-yusro wa lâ yurîdu bikumul-‘usro wa
litukmilul-‘iddata walitukabbirulloha ‘alâ mâ hadâkum wa la’allakum tasykurûn -
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.” (QS. Al Baqoroh: 185)
b. Puasa Kafarat
Puasa kafarat adalah puasa sebagai penebusan yang dikarenakan
pelanggaran terhadap suatu hukum atau kelalaian dalam melaksanakan suatu
kewajiban, sehingga mengharuskan seorang mukmin mengerjakannya supaya dosanya
dihapuskan, bentuk pelanggaran dengan kafaratnya antara lain :
Apabila seseorang melanggar sumpahnya dan ia tidak mampu
memberi makan dan pakaian kepada sepuluh orang miskin atau membebaskan seorang
roqobah, maka ia harus melaksanakan puasa selama tiga hari.
Apabila seseorang secara sengaja membunuh seorang mukmin
sedang ia tidak sanggup membayar uang darah (tebusan) atau memerdekakan roqobah
maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut (An Nisa: 94).
Apabila dengan sengaja membatalkan puasanya dalam bulan
Ramadhan tanpa ada halangan yang telah ditetapkan, ia harus membayar kafarat
dengan berpuasa lagi sampai genap 60 hari.
Barangsiapa yang melaksanakan ibadah haji bersama-sama
dengan umrah, lalu tidak mendapatkan binatang kurban, maka ia harus melakukan
puasa tiga hari di Mekkah dan tujuh hari sesudah ia sampai kembali ke rumah.
Demikian pula, apabila dikarenakan suatu mudharat (alasan kesehatan dan
sebagainya) maka berpangkas rambut, (tahallul) ia harus berpuasa selama 3 hari.
Menurut Imam Syafi’I, Maliki dan Hanafi:
Orang yang berpuasa berturut-turut karena Kafarat, yang
disebabkan berbuka puasa pada bulan Ramadhan, ia tidak boleh berbuka walau
hanya satu hari ditengah-tengah 2 (dua) bulan tersebut, karena kalau berbuka
berarti ia telah memutuskan kelangsungan yang berturut-turut itu. Apabila ia
berbuka, baik karena uzur atau tidak, ia wajib memulai puasa dari awal lagi
selama dua bulan berturut-turut.
c. Puasa Nazar
Adalah puasa yang tidak diwajibkan oleh Tuhan, begitu juga
tidak disunnahkan oleh Rasulullah saw., melainkan manusia sendiri yang telah
menetapkannya bagi dirinya sendiri untuk membersihkan (Tazkiyatun Nafs) atau
mengadakan janji pada dirinya sendiri bahwa apabila Tuhan telah menganugerahkan
keberhasilan dalam suatu pekerjaan, maka ia akan berpuasa sekian hari.
Mengerjakan puasa nazar ini sifatnya wajib. Hari-hari nazar yang ditetapkan apabila
tiba, maka berpuasa pada hari-hari tersebut jadi wajib atasnya dan apabila dia
pada hari-hari itu sakit atau mengadakan perjalanan maka ia harus mengqadha
pada hari-hari lain dan apabila tengah berpuasa nazar batal puasanya maka ia
bertanggung jawab mengqadhanya.
B. PUASA SUNNAT
Puasa sunnat (nafal) adalah puasa yang apabila dikerjakan
akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun
puasa sunnat itu antara lain :
1. Puasa 6 (enam) hari di bulan Syawal
Bersumber dari Abu Ayyub Anshari r.a. sesungguhnya
Rasulallah saw. bersabda: “ Barang siapa
berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian dia menyusulkannya dengan berpuasa enam
hari pada bulan syawal , maka seakan – akan dia berpuasa selama setahun”.
2. Puasa Tengah bulan (13, 14, 15) dari tiap-tiap bulan
Qomariyah
Pada suatu hari ada seorng Arabdusun datang pada Rasulullah
saw. dengan membawa kelinci yang telah dipanggang. Ketika daging kelinci itu
dihidangkan pada beliau maka beliau saw. hanya menyuruh orang-orang yang ada di
sekitar beliau saw. untuk menyantapnya, sedangkan beliau sendiri tidak ikut
makan, demikian pula ketika si arab dusun tidak ikut makan, maka beliau saw.
bertanya padanya, mengapa engkau tidak ikut makan? Jawabnya “aku sedang puasa
tiga hari setiap bulan, maka sebaiknya lakukanlah puasa di hari-hari putih
setiap bulan”. “kalau engkau bisa melakukannya puasa tiga hari setiap bulan
maka sebaiknya lakukanlah puasa di hari-hari putih yaitu pada hari ke tiga
belas, empat belas dan ke lima belas.
3. Puasa hari Senin dan hari Kamis.
Dari Aisyah ra. Nabi saw. memilih puasa hari senin dan hari
kamis. (H.R. Turmudzi)
4. Puasa hari Arafah (Tanggal 9 Dzulhijjah atau Haji)
Dari Abu Qatadah, Nabi saw. bersabda: “Puasa hari Arafah itu
menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang tekah lalu dan satu tahun yang akan datang” (H. R.
Muslim)
5. Puasa tanggal 9 dan 10 bulan Muharam.
Dari Salim, dari ayahnya berkata: Nabi saw. bersabda: Hari
Asyuro (yakni 10 Muharram) itu jika seseorang menghendaki puasa, maka
berpuasalah pada hari itu.
6. Puasa nabi Daud as. (satu hari bepuasa satu hari berbuka)
Bersumber dari Abdullah bin Amar ra. dia berkata :
Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya puasa yang paling disukai
oleh Allah swt. ialah puasa Nabi Daud as. sembahyang yang paling d sukai oleh
Allah ialah sembahyang Nabi Daud as. Dia tidur sampai tengah malam, kemudian
melakukan ibadah pada sepertiganya dan sisanya lagi dia gunakan untuk tidur,
kembali Nabi Daud berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari.”
Mengenai masalah puasa Daud ini, apabila selang hari puasa
tersebut masuk pada hari Jum’at atau dengan kata lain masuk puasa pada hari
Jum’at, hal ini dibolehkan. Karena yang dimakruhkan adalah berpuasa pada satu
hari Jum’at yang telah direncanakan hanya pada hari itu saja.
7. Puasa bulan Rajab, Sya’ban dan pada bulan-bulan suci
Dari Aisyah r.a berkata: Rasulullah saw. berpuasa sehingga
kami mengatakan: beliau tidak berbuka. Dan beliau berbuka sehingga kami
mengatakan: beliau tidak berpuasa. Saya tidaklah melihat Rasulullah saw.
menyempurnakan puasa sebulan kecuali Ramadhan. Dan saya tidak melihat beliau
berpuasa lebih banyak daripada puasa di bulan Sya’ban.
C. PUASA MAKRUH
Menurut fiqih 4 (empat) mazhab, puasa makruh itu antara lain
:
1. Puasa pada hari Jumat secara tersendiri
Berpuasa pada hari Jumat hukumnya makruh apabila puasa itu
dilakukan secara mandiri. Artinya, hanya mengkhususkan hari Jumat saja untuk
berpuasa.
Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Saya mendengar Nabi saw.
bersabda: “Janganlah kamu berpuasa pada hari Jum’at, melainkan bersama satu
hari sebelumnya atau sesudahnya.”
2. Puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw. beliau bersabda:
“Janganlah salah seorang dari kamu mendahului bulan Ramadhan dengan puasa
sehari atau dua hari, kecuali seseorang yang biasa berpuasa, maka berpuasalah
hari itu.”
3. Puasa pada hari syak (meragukan)
Dari Shilah bin Zufar berkata: Kami berada di sisi Amar pada
hari yang diragukan Ramadhan-nya, lalu didatangkan seekor kambing, maka
sebagian kaum menjauh. Maka ‘Ammar berkata: Barangsiapa yang berpuasa hari ini
maka berarti dia mendurhakai Abal Qasim saw.
D. PUASA HARAM
Puasa haram adalah puasa yang dilarang dalam agama Islam.
Puasa yang diharamkan. Puasa-puasa tersebut antara lain:
a. Puasa pada dua hari raya
Dari Abu Ubaid hamba ibnu Azhar berkata: Saya menyaksikan
hari raya (yakni mengikuti shalat Ied) bersama Umar bin Khattab r.a, lalu
beliau berkata:”Ini adalah dua hari yang dilarang oleh Rasulullah saw. Untuk
mengerjakan puasa, yaitu hari kamu semua berbuka dari puasamu (1 Syawwal) dan
hari yang lain yang kamu semua makan pada hari itu, yaitu ibadah
hajimu.(Shahih Bukhari, jilid III, No.1901)
b. Puasa seorang
wanita dengan tanpa izin suami
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. bersabda: “Tidak boleh
seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada di rumah, di suatu hari selain
bulan Ramadhan, kecuali mendapat izin suaminya.”(Sunan Ibnu Majah, jilid
II, No.1761)
Untuk lebih lengkapnya mengenai puasa-puasa yang diharamkan bisa klik disini