Sari Roti yang Tak Lagi Memikat Kami

Sari Roti yang Tak Lagi Memikat Kami

Sari Roti yang Tak Lagi Memikat Kami

Ya mereka amat paham, yang penting barang kami dibeli. Kian banyak kian puaslah kami. Sudah syukur tidak diboikot seperti aksi yang sudah-sudah oleh umat Islam hanya karena saham dimiliki si anu yang konon main mata dengan zionis.

Produsen air mineral milik korporasi besar itu lebih bijak daripada si pabrik roti. Dikonsumsi pelepas dahaga dan wudhu ribuan peserta aksi bela Islam III 2 Desember lalu, tidak ada klaim bahagia dan syukur dari sang produsen. Tapi saya yakin produsen dan terutama jajaran pemegang saham sih senang-senang saja, sebab produknya dipakai.

Ya mereka amat paham, yang penting barang kami dibeli. Kian banyak kian puaslah kami. Sudah syukur tidak diboikot seperti aksi yang sudah-sudah oleh umat Islam hanya karena saham dimiliki si anu yang konon main mata dengan zionis. Di sisi lain, umat Islam peserta aksi 2 Desember juga tidak menyebut-nyebut kehadiran produk mereka di lokasi sekitaran Monas sebagai produk sponsor resmi.

Jadi, sama-sama senang bahkan puas. Peserta puas produsen puas. Yang berdonasi juga senang hati. Tidak ada klaim. Tidak ada guna gelar jumpa media. Semua sudah dewasa. Kalaupun diklaim mending diam saja. Toh rakyat paham itu cuma produk borongan orang baik hati.

Nah, maka kalau ada barang konsumsi yang diborong lantas produsennya membuat klarifikasi ini justru tanda tanya. Buat apa dan mengapa mereka beringsut mengklarifikasi seakan “kehadiran” produknya yang dibeli dengan legal (dan mestinya puas hati sebagaimana isi hati para penjajaknya di lapangan) bakal ada apa-apa? Kita tak perlu berasumsi jauh ada tekanan ini dan itu dari pihak eksternal produsen roti yang gesit klarifikasi tersebut. Bisa jadi kecemasan produsen itu baru sebatas asumsi dan prediksi psikologis.

Data konsumen setia dan terbesar mestilah jadi rujukan. Kalau hanya umat Islam yang seaspirasi, saya tidak yakin sang produsen begitu proaktif. Lain kalau ternyata pengonsumsinya kalangan yang seaspirasi dengan pihak yang dibidik protes umat Islam. Dalam hal ini si produsen sekadar menjaga hati kalangan yang loyal membeli produknya. Meski, sayangnya, mereka abai kepada konsumen lain yang bertepatan sebagai pihak pendukung aksi 2 Desember.

Apakah kehadiran penjual produknya yang senang hati diborong donatur lalu dibagikan gratis ke peserta aksi akan berefek ke citra partisan? Tentu saja ini amat menggelikan dan paranoid. Terlampau mengada-ada. Bahkan terkesan meremehkan kecerdasan peserta aksi. Seakan gemar mengklaim dan perlu menggunakan pihak ketiga untuk membuat besaran dukungan aksi. Produsen roti sejatinya ingin terlibat netral dalam klarifikasi, sayangnya cara dan logika berpikirnya malah memperlihatkan bahwa mereka terlampau partisan.

Umat Islam yang terlibat ataupun bersimpati dalam aksi 2 Desember jelaslah tidak meminta-minta produsen itu, atau siapa saja dari korporasi besar. Sebab seringnya korporasi memiliki agenda titipan alih-alih ikhlas. Justru dengan membuat klarifikasi penegasan bukan partisan, pihak produsen memberikan pesan tersirat yang mesti ditangkap umat. Suatu pesan yang ke depan tidak boleh lagi kita bergantung kepadanya lantaran mereka tidak mengindahkan kebaikan umat ini.